DIANA
FATIHATUL ULUMI
K4310020
PENDIDIKAN
BIOLOGI/ B
1.
Karakteristik filum Mollusca
a. Merupakan
hewan triploblastik selomata.
b. Struktur
tubuhnya simetri bilateral.
c. Memiliki
sistem syaraf berupa cincin syaraf.
d. Organ
ekskresi berupa nefridia.
Yang
terdiri dari deretan struktur kompak berasal dari protein dan khitin.
f. Hidup
secara heterotrof.
g. Reproduksi
secara seksual.
h. Tubuh
lunak tidak bersegmen-segmen.
i.
Keberadaan jaringan mantel (mantle
tissues) dan ruang mantel (mantle cavity).
Pada
kelas tertentu jaringan mantel berfungsi sekretif menghasilkan struktur
protektif berupa cangkang baik internal maupun eksternal.
j.
Rongga mantel terdapat struktur
pwrnafasan tipikal untuk Mollusca yang dikenal sebagai ctenidia.
k. Mollusca
dapat hidup di darat, air tawar atau asin.
l.
Pada permukaan epithelium dijumpai
glandula mukosa dan ujung saraf sensori.
m. Tubuh
terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
Ciri tubuh Mollusca,
Molusca terdiri dari tiga bagian utama yaitu
1.
Kaki
Kaki merupakan perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak. Pada sebagian mollusca kaki telah termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
Kaki merupakan perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak. Pada sebagian mollusca kaki telah termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
2.
Massa Viseral
Massa viseral adalah bagian tubuh
yang lunak dari mollusca. Di dalam massa viseral terdapat organ-organ seperti
organ pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Massa viseral dilindungi oleh
mantel.
3.
Mantel
Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel membentuk suatu rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga mantel berisi cairan. Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang ekskresi dan anus.
Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel membentuk suatu rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga mantel berisi cairan. Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang ekskresi dan anus.
2.
System pada filum Mollusca.
A. System
Saraf
Sitem
syaraf Mollusca terdiri dari cincin syaraf. Sistem syaraf ini mengelilingi
esofagus dengan serabut saraf yang menyebar. Indera sensoris juga sangat
berkembang dan dilengkapi dengan dua stasista dan alat pembau.
Sistem saraf pusat Mollusca secara
khas terdiri dari sebuah cincin saraf. Sistem
saraf terdiri atas tiga pasang ganglion yaitu ganglion cerebral,
ganglion visceral dan ganglion pedal yang ketiganya dihubungkan oleh tali-tali
saraf longitudinal.. Mollusca memiliki sepasang atau lebih nephridia yang
berperan memindahkan kelebihan air, ion-ion dan sisa metabolisme serta cairan
coelom ke rongga mantel untuk disekresikan.
B. System sirkulasi
System
peredaran darah tertutup yaitu darah dapat mengangkut oksigen dan hasil
metabolisme serta oksigen.
Sistem sirkulasi Mollusca terdiri
atas jantung dan pembuluh darah. Umumnya di dalam darah terdapat pigmen yang
mengandung tembaga (hemocyanin) berfungsi mengangkut oksigen. Jantung terdapat
di dalam pericardium.
C. System
Digesti
Sistem
pencernaan mollusca sudah terbilang lengkap terdiri dari mulut, esofagus,
lambung, usus, dan anus. Mollusca juga memiliki lidah bergerigi yang berfungsi
untuk melumatkan makanan. Lidah bergerigi itu disebut radula. Anusnya terbuka ke rongga
mantelanus tersebut terletak di bagian anterior tubuh. Kelenjar pencernaan telah
berkembang baik.
D. System
Reproduksi
Mollusca
bereproduksi secara seksual, pada umumnya organ reproduksi jantan dan betina
terpisah pada individu lain (gonokoris). Namun, meski begitu jenis Mollusca
tertentu ada yang bersifat Hermafrodit. Fertilisasi dilakukan secara internal
ataupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur tersebut berkembang
menjadi larva dan pada akhirnya akan menjadi mollusca dewasa. Moluska ada yang bersifat diesis dan
ada pula yang monoensis.
3.
Tahap perkembangan larva pada Mollusca.
Daur Hidup Siput dibagi
menjadi 4 tahap, sebagai berikut
a. Masa
Bertelur
Siput
jantan dan betina yang sudah dewasa dan kelaminnya akan saling mencari, dan
ketika akan ketemu maka akan terjadi perkawinan. Siput jantan akan membuahi
sel-sel telur yang tedapat didalam tubuh induk betina. Kemudian induk betina
akan bertelur dan menepatkannya di tepi kolam, tonggak kayu, daun-daunan, atau
tempat lainnya.
Telur-telurnya
yang berwarna merah muda seperti buah murbei, dan menggumpal. Ketika di
keluarkan telur-telur tersebut masih lunak dan bersaput lendir tetapi dalam
beberapa waktu kemudian telur-telur tersebut mongering dan mengeras . setelah
mengeras, telur-telur tersebut merekat erat pada substratnya.
Telur
akan menetas dalam jangka waktu satu hingga dua minggu sejak di keluarkan.
Ketika menetas anak-anak siput yang masih kecil akan langsung jatuh ke dalam
air, pada fase ini sebenarnya kondisi siput dalam keadaan lemah. Selai belum
bisa mencari makanan, meraka juga belum dapat berpindah tempat sendiri dan juga
sangat mudah untuk di mangsa oleh binatang yang lain. Meskipun secara fisik
belum bisa berpindah tempat sendiri tapi fase itulah siput bisa menyebar ke
berbagai wilayah dengan cepat dalam jumlah yang banyak.
b. Masa
Pertumbuhan Awal.
Setelah
menetas siput-siput muda akan menyebar terbawa oleh air atau berjalan sendiri.
Masa ini adalah masa yang paling sulit untuk mengendalikannya. Meskipun
kehadirannya di sawah belum begitu membahayakan, namun wujudnya yang kecil dan
sulit di temukan akan menimbulkan bahaya yang besar ketika mereka sudah
beranjak dewasa.
Pengendalian pada masa pertumbuhan awal biasanya hanya akan efektif dengan menggunakan bahan kimia karena dengan cara mekanis terlalu sulit. Tetapi bisa di pasang saringan pada pintu pemasukan untuk menghambat laju penyebarannya. Masa pertumbuhan awal pada umumnya berkisar antara 15-25 hari.
Pengendalian pada masa pertumbuhan awal biasanya hanya akan efektif dengan menggunakan bahan kimia karena dengan cara mekanis terlalu sulit. Tetapi bisa di pasang saringan pada pintu pemasukan untuk menghambat laju penyebarannya. Masa pertumbuhan awal pada umumnya berkisar antara 15-25 hari.
c. Masa
Pertumbuhan Lanjut.
Masa
petumbuhan laju adalah masa tahap berikutnya, yaitu proses pertumbuhan siput
dari muda manjadi dewasa. Pada fase ini serangan siput di sawah sudah cukup
meresahkan, kerana selain sangat rakus, dalam waktu yang tidak begitu lama mereka
akan melakukan perkawinan.
Pengendalian
siput pada masa pertumbuhan lanjut biasanya cukup efektif dengan menggunakan
jebakan, atau secara mekanis. Persemian yang dipagar dengan plastic juga mampu
menahan mereka untuk tidak mnyusup ke areal pertanian. Pada umumnya masa
pertumbuhan lanjut berlangsung dalam waktu 26-59 hari.
d. Cara
Penyebaran Siput
Setelah
mengetahui siklus hidup siput secar lengkap, hal lain yang perlu diketahui
adalah cara penyebaran mereka. Adapun cara penyebaran siput antara lain adalah
I. Berjalan.
Cara umum yang
dilakukan siput untuk berpindah dari satu tempat ke tampat yang lainnya adalah
dengan cara berjalan, pada umumnya mereka bergerak aktif pada malam hari.
Dengan gerakannya yang lambat, memang siput ini tidak akan jauh berpindah
tempat.
II. Mengikuti
Aliran Air
Cara bergerak siput
yang paling menghawatirkan adalah dengan mengikuti aliran air. Dengan cara ini
siput akan lebih cepat menyebar karena didorong oleh arus air yang kuat.
Lingkungan Hidup Yang
Disukai Siput
Siput menyukai lingkungan yang
jernih, mereka bisa hidup pada kisaran suhu air antara 10o-35o C. ini berarti
siput sangat potensial menyerang persawahan baik yang barada di daerah
pegunungan maupun pantai. Oleh karena itu, jenis siput dengan mudah dapat
berkembang biak disawah, waduk, rawa, dan genagan air lainnya.
4.
Tahap perkembangan cangkang pada
Mollusca.
Cangkang pada
gastropoda dihasilkan oleh jaringan yang dikenal sebagai jaringan mantel
(mantle) pada bagian tubuh lunaknya.
Cangkang Gastropoda
terdiri atas tiga lapis, yaitu urut dair luar ke dalam sebagai berikut
a. Periostrakum
Merupakan
lapisan tipis dan gelap yang tersusun atas zat tanduk yang dihasilkan oleh tepi
mantel sehingga sering disebut lapisan tanduk, fungsinya untuk melindungi
lapisan yang ada di sebelah dalamnya dan lapisan ini berguna untuk melindungi
cangkang dari asam karbonat dalam air serta memberi warna cangkang..
b. Prismatic
Merupakan
lapisan tengah yang tibis dan terdiri atas kristal-kristal kalsium karbonat
berbentuk prisma berasal dari materi organik yag dihasilkan oleh tepi mantel.
c. Nakreas
Merupakan
lapisan terdalam yang tersusun atas kristal-kristal halus kalsium karbonat
merupakan lapisan mutiara yang dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel. Di
lapisan ini, materi organik yang ada lebih banyak daripada di lapisan
prismatic. Lapisan ini tampak berkilauan dan banyak terdapat pada tiram atau kerang
mutiara. Jika terkena sinar, mampu mamancarkan keragaman warna. Lapisan ini
sering disebut sebagai lapisan mutiara.
Cangkang tersebut bersifat memilin ke
kanan (dexter) atau ke kiri (sinister). Masing-masing bagian cangkang tersebut
mempunyai morfologi yang bervariasi pada tingkat jenis dan kategorinya sehingga
dapat dipergunakab sebagai karate untuk mengidentifikasi Gastropoda. Pada
katagori Famili misalnya, bentuk morfologi cangkang dapat dipergunakan untuk
melakukan identifikasi gastropoda menuju familia tertentu.
5.
Mekanisme terbentuknya mutiara.
Jika ada benda asing
yang ada diluar tubuh, seperti butiran pasir atau suatu parasit, yang secara
tak sengaja masuk ke dalam cangkang maka akan disimpan dalam suatu kantung
kecil dalam mantel. Dimantel banyak disekresikan nacreas oleh lapisan epitelium
kantung tersebut. Sedikit demi sedikit nacreas melapisi partikel /benda asing
tersebut. Dalam waktu 4 tahun partikel dan lapisan nacreas itu telah menjadi
mutiara.
Secara teoritis, Elisabeth Strack (buku
Pearls tahun 2006) mendeskripsikan
terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat
irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel mollusca.
b. Teory irritant
Teori ini menyatakan bahwa pada
suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini
dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian
mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah
epitihelium masuk ke dalam rongga mantel.
Teory irritant juga mengungkapkan
bahwa mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati mollusca
pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini
merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian
epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam
rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk
kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa
melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan
membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara.
c. Teori yang kedua adalah masuknya
partikel padat ke dalam rongga mantel.
Partikel padat bisa saja
terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tidak
bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat
dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus
partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini
akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian
sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam
mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara
alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel
padat.
Dari kedua teori tersebut dapat
diambil kesimpulan, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel
yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini
bertugas mengeluarkan atau mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang
kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar