SIBERRNATIK
I.
PENDAHULUAN
Pembelajaran
mereupakan jantungg dari proses pendidikan. Kualitas pendidikan bersifat
kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang
melintasi garis waktu.
Apabila dilihat
dari tujuan akhir pendidikan nasional secara umum adalah peningkatan sumber
daya manusa (SDM) yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
adanya pendidikan dan pembelajaran yang efisien dan efektif. Banyak factor yang
berpengaruh dalam mencapai tujuan tersevut. Salah satu diantaranya adalah
teknologi yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Pengemasan
pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti
yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di
masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia
pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi
terhadap kekacauan ini (Degeng dalam Budiningsih, 2005:4).
Tantangan dunia
pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran
yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai
karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang
demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping
kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah
di samping juga bisa gembira (Budiningsih, 2005:7).
Pembelajaran
merupakan upaya membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan seseorang, diperlukan
pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun
siapa saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan
baik. Ada dua pijakan teori yang dapat dijadikan pegangan agar pembelajaran
berhasil dengan baik. Kedua teori tersebut adalah teori belajar yang bersifat
deskriptif. Teori ini memberikan bagaimana seseorang melakukan kegiatan
belajar. Teori belajar yang banyak diterapkan oleh para ahli pembelajaran itu
meliputi teori behavioristik, teori kognitivistik, teori humanistik, dan teori
belajar sibernatik.
Pada makalah ini
akan dikaji tentang pandangan teori sibernatik terhadap proses belajar dan
aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada hal-hal
seperti pengertian belajar menurut teori sibernatik, aliran-aliran sibernatik,
aplikasi teori belajar sibernetik, implementasi teori sibernatik dalam
pembelajaran. Kegiatan makalah ini diakhiri dengan memaparkan keunggulan dan
kelemahan teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran. Makalah ini bertujuan
kepada semua pendidik diharapkan memiliki kemampuan untuk mengkaji hakekat
belajar menurut teori sibernetik dan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran.
II.
TEORI BELAJAR
Teori
belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif paling baru dibandingkan dengan teori-teori belajar
lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.
Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan
proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting
lagi adalah “system informasi” yang diproses itu. Informasi inilah yang akan
menentukan proses.
Asumsi
lain dari teori teori sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajar
yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka, sebuah
informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses
belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa yang lain
melalui proses belajar yang lain.
Implementasi
teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa
tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekata yang berorientasi pada
pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Baliner, Biehler, dan
Snowman, Baine, serta Tennyson. Konsespi landa dalam model pendekatannya
disebut algoritmik dan heuristic. Pask dan Scott yang membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau Wholist dan tipe
serial atau serialist.
Aliran-Aliran
Teori Sibernetik
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori sibernetik telah dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmuk dan heuristik), Pask dan Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada pengelolaan informasi.
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori sibernetik telah dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmuk dan heuristik), Pask dan Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada pengelolaan informasi.
1.
Teori belajar menurut Landa
Menurut Landa, ada dua macam proses
berfikir, di antaranya :
· Proses
berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap,
linear, konvergen, lurus enuju kesatu target tujuan tertentu.
Contoh: kegiatan
menelepon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain.
· Cara
berpikir heoristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju beberapa target tujuan
sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran
biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik.
Contoh: Operasi
pemilihan atribut geonetri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan lan-lain.
Proses belajar akan
berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak
dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat disajikan dalam
urutan teratur, linier, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan dalam
bentuk terbuka dan memberi keleluasan kepada siswa untuk berimajinasi dan
berfikir.
2.
Teori belajar menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott, ada dua
macam cara berpikir yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist atau
menyeleruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan
pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah
berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah
sistem informasi.6
Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderugn mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus. Sedangkan siswatipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik. Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari teori ini memandang manusia sebagai pengolahan informasi, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderugn mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus. Sedangkan siswatipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik. Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari teori ini memandang manusia sebagai pengolahan informasi, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Kelebihan
Teori Sibernetik adalah sebagai berikut :
1.
Cara
berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2.
Penyajian
pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3.
Kapabilitas
belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4.
Adanya
keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.
5.
Adanya
transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6.
Kontrol
belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu
7.
Balikan
informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang
telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
8.
Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran
yang menekankan aspek yang berbeda-beda ini sebetulnya memiliki kesamaan karena
melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung pada diri seseorang
yang melalui tahapan-tahapan tertentu.
9.
Isi dari proses belajar adalah sistem
informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu kejadian tertentu yang
disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum.
10.
Hasil dari proses teori belajar ini
adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai perubahan tingkah laku
maupun secara kemampuan pada tanah kognitif, afektif dan psikomotorik
Kelemahan
Teori Sibernetik adalah teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem
informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba
melihat mekanisme kerja otak karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme
ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini. Pada
akhirnya, masing-masing aliran teori belajar ini mengandung keunggulan-keunggulan
dan kelemhana-kelemahannya sendiri yang harus kita ketahui untuk dapat
mengkombinasikan dalam penerapannya dengan pendekatan belajar yang lain
sehingga dicapai hasil proses belajar yang lebih baik.
III.
IMPLEMENTASI
TEORI BELAJAR SIBERNETIK DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Kegiatan
Pembelajaran
Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:8
1.Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.Menentukan materi pembelajaran
3.Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
4.Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik)
5.Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6.Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:8
1.Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.Menentukan materi pembelajaran
3.Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
4.Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik)
5.Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6.Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
Implementasi Teori Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran
Dalam implementasinya, teori belajar sibernetik telah dikembangkan oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi ytang dikembangkan oleh Gage dan Berline, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson.9
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi, yaitu:
a. Bahwa antara stimulus dan respon berpijak pada tiga asumsi, yaitu: Pemrosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b. Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
c.Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dati ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen. Komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”
Ketiga komponen tesebut adalah: 10
1.Sensory Recoptor (SR)
Sensory Recptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2.Warking Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
3.Long Term Memory (LTM)
Dalam Long Term Memory (LTM) diasumsikan:
1)Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu
2)Mempunyai kapasitas tidak terbatas
3)Sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Dalam implementasinya, teori belajar sibernetik telah dikembangkan oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi ytang dikembangkan oleh Gage dan Berline, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson.9
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi, yaitu:
a. Bahwa antara stimulus dan respon berpijak pada tiga asumsi, yaitu: Pemrosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b. Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
c.Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dati ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen. Komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”
Ketiga komponen tesebut adalah: 10
1.Sensory Recoptor (SR)
Sensory Recptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2.Warking Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.
Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
3.Long Term Memory (LTM)
Dalam Long Term Memory (LTM) diasumsikan:
1)Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu
2)Mempunyai kapasitas tidak terbatas
3)Sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan
tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan.12
Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah
1.Menarik perhatian
2.Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
3.Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
4.Menyajikan bahan rangsanyan
5.Memberikan bimbingan belajar
6.Mendorong unjuk kerja
7.Memberikan balikan informatif
8.Menilai unjuk kerja
9.Meningkatkan retensi dan alih belajar
Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah
1.Menarik perhatian
2.Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
3.Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
4.Menyajikan bahan rangsanyan
5.Memberikan bimbingan belajar
6.Mendorong unjuk kerja
7.Memberikan balikan informatif
8.Menilai unjuk kerja
9.Meningkatkan retensi dan alih belajar
IV.
KESIMPULAN
Teori belajar
sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori
belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan
informasi. Teori ini mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang
dipelajari. Oleh sebab itu, teori sibernatik berasumsi bahwa tidak ada satu
jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab caa belajar sangat
ditentukan oleh sistem informasi. Teori ini kemudian dikembangkan oleh
tokoh-tokoh aliran teori sibernetik anta lain Landa, Pask dan Scott berdasarkan
konsepsi-konsepsinya. Konsepsi Landa dengan model pendekatan tipe serialist dan
whoslist. Selanjutnya, teori sibernatik dipertegas melalui aplikasi teori
pengelohan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori
Gagne dan Briggs yang mendeskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa
pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan pembelajaran.
V.
DAFTAR PUSTAKA
C. Asri Budingsih .2002. Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta:
FIP UNY.
Hamzah B. Uno, 2006.Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara,
2006
Suciati dan Irwan, P. 2001. Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT, PAU.
Suciati dan Irwan, P. 2001. Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT, PAU.
Woolfolk,A.E.,&Nicolich,L.,Mc
Lorraine.1984.Educational Psychology For
Teachers.Second Edition.New Jersey.Prentice-Hall
1 komentar:
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud) mengumumkan secara resmi rencana seleksi guru PPPK - PNS tahun 2022
menyatakan, guru honorer yang SDH mengabdi lama bisa menjadi Aparatur Sipil Negara ( ASN) lewat skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak PPPK Dan PNS
"Kemendikbud akan menyediakan materi pembelajaran secara daring untuk membantu tenaga HONORER mempersiapkan diri sebelum ujian seleksi penerimaan pegawai kontrak PPPK sampai PNS
Dan khusus untuk teman2 Honorer yang sudah mengabdi lama yang ingin masuk prioritas pengangkatan langsung lulus Tes PPPK Dan CPNS - PNS bisa m'hubungi staf direktur aparatur sipil negara bapak hj Gunawan dafit semoga beliau bisa bantu,
Dan Alhamdulillah sekali lagi terima kasih kepada staf direktur aparatur sipil negara
BPK Drs hj Gunawan dafit semoga bapak sehat selalu dan diberi umur panjang semoga kredibel kinerja bpk selalu meningkat dari tahun" kemarin, bagi teman teman yang ada masalah di bidan guru dan kepegawaian pemerintahan silahkan hub BPK dafit no hp beliau ☎️ 081249264549 semoga beliau bisa bantu dari segala masalah anda seperti yang saya alami kemarin, semoga petunjuk dari saya ini bisa jadi motivasi anda dan bisa jadi amal ibadah saya sekeluarga amin. Terima kasih
Posting Komentar