Cekaman
Stres (cekaman) biasanya
didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan yang berpengaruh
buruk terhadap tanaman (Fallah, 2006)
Campbell (2003), mendefinisikan
cekaman sebagai kondisi lingkungan yang dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan,
reproduksi, dan kelangsungan hidup tumbuhan.
Menurut Hidayat (2002), pada umumnya
cekaman lingkungan pada tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) cekaman
biotik, terdiri dari: (a) kompetisi intra spesies dan antar spesies, (b)
infeksi oleh hama dan penyakit, dan (2) cekaman abiotik berupa: (a) suhu
(tinggi dan rendah), (b) air (kelebihan dan kekurangan), (c) radiasi
(ultraviolet, infra merah, dan radiasi mengionisasi), (d) kimiawi (garam, gas,
dan pestisida), (e) angin, dan (f) suara.
Menurut Sipayung (2006), kerusakan
yang timbul akibat stres dapat dikelompokkan dalam 3 jenis kerusakan sebagai
berikut..
a. Kerusakan stres langsung primer
b. Kerusakan stres tak langsung
primer
c. Kerusakan stres sekunder (dapat
terjadi juga stres tersier)
Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun
tanah. Air tanah hampir seluruhnya berasal dari udara atau atmosfera. Terutama
di daerah topis air hujan merupakan sumber yang terbanyak yang jatuh di
permukaan bumi. Sebagian dari air itu dapat merembes ke dalam tanah yang
disebut air infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai
aliran air permukaan (run off). Air infiltrasi tadi, bila dalam jumlah banyak
dan terus merembes ke dalam tanah secara vertikal dan meninggalkan daerah
perakaranya disebut air perkolasi, yang akhirnya sampai di lapisan yang kedap
air, kemudian berkumpul disitu menjadi air tanah (ground water). Mengetahui
banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali
terutama dalam hal penentuan pemberian air (pengairan) pada tanaman agar supaya
tidak berlebihan atau kekurangan.
Air pada cekaman tanah dapat menguntungkan
yaitu :
a. Adanya imbangan antara pori makro dengan mikro
b. Sebagian besar nutrisi dalam bentuk terlarut
c. Permukaan akar memiliki luasan terbesar untuk
menjalankan proses difusi ion dan aliran masa ion
Air di dalam tanah menurut jumlah dan
keadaannya di bagi menjadi empat keadaan air tanah, yaitu:
a. Air adesi
Merupakan lapisan yang mengelilingi butir
tanah, tetapi bukan berupa cairan karena
jumlahnya paling sedikit, jadi paling tidak tersedia bagi tanaman. Nilai
pF-nya hampir 7.
b. Air higroskopis
Juga bukan berupa cairan, jadi sebagian besar
sudah berupa uap air
c. Air kapiler
Dibagi dalam dua keadaan, yaitu keadaan titik
layu permanen dan keadaan kapasitas lapang (Dwidjoseputro,1989: 44).
Pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan
tanaman tergantung pada tingkat cekaman
yang dialami dan jenis atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman
yang mendapat cekaman air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata
daun yang kemudian berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme
dalam tanaman (Penny Packer at all, 1990)
Setiap jenis tanah mempunyai daya cekam air
yang berbeda-beda tergantung :
a.
tekstur
tanah
b.
adanya
kekasaran, kelicinan kelengketan dan kekenyalan serta derajat kekilatan tanah.
Semakin licin, lengket dan kenyal maka daya cekam air semakin sedikit udara
yang terkandung di dalam tanah sehingga daya cekap tanah semakin kecil.
c.
Semua
pori-pori tanah
Baik makro maupun mikro dalam keadaan terisi oleh air
sehingga jenuh air. Hal ini menunjukan besarnya daya pegang tanah
terhadap air.
Tanah
terdiri atas partikel besar yang kurang dapat menahan air daripada tanah yang
partikelnya halus, yaitu dengan membedakan adanya
a. air
yang tidak terbebas karena terikat secara kimia pada suatu partikel disebut air
kimia
b. air
yang mengelilingi suatu partikel disebut air higroskopik
c. air
yang mengisi sela-sela di antara partikel disebut air kapiler
d. air
yang lewat dan tidak tertahan disebut air gravitasi
e. kandungan
bahan organic
tersusun
dari bahan-bahan sisa tumbuhan dan hewan, jasad-jasad hidup mikro maupun makro
organisme dan humus. Tanah yang berupa pasir sedikit mengandung bahan organik
dibandingkan tanah pertanian yang biasa mengandung 25% bahan organik
(Dwidjoseputro,1989: 44).
Soemarno dan Sastrahidayat (1991) menyatakan
bahwa penambahan bahan organik ke dalam tanah liat berat dapat memperbaiki
drainase, dan pada tanah berpasir dapat memperbaiki daya simpan air. Bahan
organik juga dapat berfungsi sebagai stabilisator dengan jalan merangsang jasad
mikro mampu menghasilkan bahan yang dapat mengikat partikel-partikel tanah.
Von Uexcull dalam Ginting, (1994)
menyatakan bahwa bahan organik memberikan beberapa keuntungan meliputi pengurangan
toksisitas Al dan Mn dengan membentuk kompleks Al- bahan organik yang tidak
beracun, menyediakan dan menambah unsur hara N, P, K dan S melalui
mineralisasi, menurunkan fiksasi P, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah,
meningkatkan sifat-sifat fisik tanah termasuk kapasitas ikat air dan stabilitas
agregat, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, mengurangi aliran
permukaan dan erosi tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell,
at al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Fallah,
Affan Fajar. 2006. Perspektif Pertanian dalam Lingkungan yang Terkontrol.
http://io.ppi jepang.org. Diakses pada tanggal 5 Juli 2009.
Hidayat.
2002. Cekaman Pada Tumbuhan. http://www.scribd.com/document_downloads/
13096496?extension=pdf&secret_password=. Diakse pada tanggal 5 Juli 2009
Sipayung,
Rosita. 2006. Cekaman Garam. http://library.usu.ac.id/download/fp/bdp-rosita2.pdf. Diakses pada tanggal 5 Juli 2009
Soemarno
dan Sastrahidayat. 1991. Budidaya Berbagai Jenis Tanaman Tropic. univ brawijaya
malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar