LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
A. Judul
Analisis
Vegetasi pada Lower Crops Community
(LCC)
B. Tujuan
1.
Menentukan besarnya kontribusi masing-masing spesies terhadap
vegetasi.
2.
Mengetahui distribusi masing-masing
spesies.
3.
Menghitung nilai penting
masing-masing spesies.
C. Dasar teori
Populasi tumbuhan adalah
sekelompok individu tumbuhan sejenis yang hidup di suatu habitat atau
lingkungan tertentu dan dapat melakukan persilangan di anatara sesama jenisnya
yang menghasilkan keturunan yang fertil.(Suswanto, 2004)
Populasi tumbuhan dengan
dinamikanya dapat diamati dengan melihat penyebarannya permukaan bumi, jarak yang tidak sama antara
tumbuhan satu dan tumbuhan lainnya disebabkan karena perbedaan lingkungan,
sumber daya, tetangga dan ggangguan.
Perbedaan lingkungan tidak
hanya mempengaruhi dan memodifikasi distribusi dan kelimpahan individu, tetapi
sekaligus merubah laju pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan, area daun,
area akar, dan ukuran individu.
Persoalan khusus ekologi populasi
Distribusi dan kelimpahan
tumbuhan dalam ruang dan waktu merupakan problema bagi ekologi populasi
tumbuhan, karena tumbuhan mampu menghasilkan individu baru dengan melalui :
a.
Aseksual
Kaitan
reproduksi tumbuhan yang dapat dilakukan dengan aseksual (Ramet) maka batasan
populasi tidak hanya sekedar pada indvidu baru namun juga percabangan, ataupun
perangkat organ baru yang mampu merespon lingkungan tempat hidupnya, sehingga
populasi tumbuhan tidak hanya dilihat dari distribusi dan dinamika individu
tumbuhan, tatapi juga termasuk pertumbuhan dinamik individu tumbuhan sendiri,
seperti cabang, ranting, ataupun propagul.
b.
Seksual
Keterkaitan reproduksi tumbuhan yang dilihat dari cara
reproduksi seksual (genet) maka dinamika dan distribusi tumbuhan diamati dari
pertambahan individu. Berdasarkan batasan di atas dapat diketahui reproduksi
seksual dan aseksual dibedakan jelas dalam suatu vegetasi.
Penyebaran tumbuhan, kehidupan, pola pertumbuhan serta kecepatan
reproduksi semuanya mencerminkan adaptasi tumbuhan tersebut dengan
lingkungannya. Parameter populasi yang dapat digunakan untuk mengukur
aspek dalam populasi serta model pertumbuhan diantaranya dapat ditinjau dari:
a. Keluasan penyebaran distribusi
b. Kecepatan pertumbuhan
c. Frekuen gen
d. Densitas
e. Perbandingan antara sex ratio
f. Pola penyebaran
g. Struktur umur
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978), analisis
vegetasi adalah suatu cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi tumbuh-tumbuhan. Cain dan Castro (1959) dalam Soerianegara dan
Indrawan (1978) menyatakan dalam penelitian yang mengarah
pada analisis vegetasi, titik berat penganalisisan terletak pada komposisi jenis atau
jenis. Struktur hutan dapat dipelajari dengan mengetahui sejumlah
karakteristik tertentu diantaranya, densitas, frekuensi, dominansi dan nilai penting.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya (Syafei, 1990).
Kershaw (1973)
mengemukakan bahwa bentuk vegetasi dibatasi oleh tiga komponen pokok yaitu: (1)
stratifikasi yang adalah lapisan penyusun vegetasi (strata) yang dapat terdiri
dari pohon, tiang, perdu, sapihan, semai dan herba. (2) sebaran horisontal dari
jenis penyusun vegetasi tersebut yang menggambarkan kedudukan antar individu,
(3) banyaknya individu dari jenis penyusun vegetasi tertentu. Selanjutnya
dikatakan bahwa penguasaan suatu jenis terhadap spesies lainnya ditentukan
berdasarkan Indeks Nilai Penting (Kainde,
R.P.,dkk, 2011:2).
Cara untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan
dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda,
Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan
acak, Titik pusat kuadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode
Bitterlich) (Kusuma, 1997).
Densitas, dominansi, frekuensi
dan pola distribusi tumbuhan pada spesies penyusun vegetasi
Densitas, ditentukan
berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area
tersebut. Densitas jarang bersifat tetap, jumlahnya akan selalu berubah sepanjang
waktu dan tempat. Besar populasi dapat diukur berdasarkan:
a.
Kelimpahan yaitu jumlah mutlak individu dalam
populasi
b.
Kepadatan jumlah adalah jumlah insidu
per-satuan luas digunakan untuk menyatakan ukuran individu dalam populasi yang
relatif sama.
c.
Kepadatan biomassa yaitu kepadatan yang dinyatakan
dalam istilah berat basah, berat kering, volume, atau kadar karbon dan nitrogen
per satuan luas atau volume.
Dominan ditentukan
berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan
frekuensi ditentukan berdasarkan densitas dari jenis tumbuhan dijumpai dalam
sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang
dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas
atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran pola
penyebaran suatu jenis, dan menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal ini
menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan. Raunkiser dalam
shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalm liama kelas berdasarkan
besarnya persentase.Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah
kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat.
Berikut rumus menentukan nilai mutlak dan nilai relatif, nilai
penting:
a.
Densitas Mutlak
(DsM) = ∑ total individu spesies X
∑ total plot x luas plot minimal
b.
Densitas Relatif (DsR)
= ∑ DsM spesies X x 100 %
∑ total DsM
c.
Dominansi Mutlak (DmM) = ∑ total cover spesies X
∑ total plot x luas plot minimal
d.
Dominansi Relatif (DmR) =
∑ DmM spesies X x 100 %
∑ total DmM
e.
Frekuensi Mutlak (FM)
= ∑ plot dengan spesies X x 100 %
∑ total plot
f.
Frekuensi Relatif ( FR) =
∑ FM spesies X x 100 %
∑ total FM
Nilai penting digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya
atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu
jenis dalam komunitas. Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Dominansi Relatif, Frekuensi Relatif dan Dominansi Relatif
(Mueller-Dombois dan ellenberg, 1974; Soerianegara dan Indrawan, 2005).
Jika disusun
dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Nilai
Penting
= DsR + DmR + FR
Harga
relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang
didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh
jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun
berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. (Surasana, 1990).
Penyebaran populasi adalah
pergerakan individu ke dalam atau ke luar populasi. Pada tumbuhan
individu dapat berupa biji, spora, semai atau pohon yang ditanam manusia,
misalnya
biji yang ada dalam buah dimakan burung lalu jatuh ke suatu tempat
lain penyebaran populasi ini berparan penting dalam
penyebaran individu secara geografi atau daerah yang penyebarannya dapat
disebabkan oleh iklim, angin, terbawa air, atau mahluk
hidup lain.
Penyebaran populasi di alam berlangsung ada 3 cara yaitu
1. Emigrasi
adalah penyebaran pepulasi karena pergerakan berpindahnya individu ke luar dari
habitat populasi ke habitat lain lalu individu tersebut tumbuh menetap
di habitat bru.
2. Imigrasi
adalah penyebaran pepulasi karena pergerakan berpindahnya individu ke suatu
daerah populasi dan individu tersebut meninggalkan daerah populasi asalnya.
3. Migrasi
adalah penyebaran pepulasi karena pergerakan berpindahnya individu ke luar dan
dalam
secara periodik.
D. Cara kerja
1.
Menentukan lokasi yang memiliki heterogenitas spesies.
2.
Mencari peta lokasi yaitu peta topografi daerah
PABELAN
untuk
menentukan luas area total yang akan diamati melalui Google Map atau dengan melangkah secara manual.
3.
Menggambar peta lokasi yang telah didapat.
4.
Menentukan jumlah titik sampling dengan urutan sebagai
berikut :
-
Luas area total =
5 ha
-
Luas area cuplikan =
1 % x luas wilayah
= 1 % x
5 ha
= 500 m2
-
Luas plot =
1 m x 1 m = 1 m2
-
Jumlah titik = Luas area cuplikan
Luas Plot
= 500 m2 = 500 plot
1 m2
Namun jumlah
plot yang digunakan direduksi, sehingga masing-masing
kelompok hanya
mendapatkan 10 plot.
5.
Menentukan titik-titik sampling dalam peta.
6.
Mencari lokasi titik di lapangan dengan menggunakan
protaktor.
7.
Menentukan jarak dan resection antar titik.
8.
Menentukan titik start lokasi tersebut.
9.
Menentukan resection dan intersection dari titik lokasi.
10.
Memasang plot pada titik yang telah ditentukan.
11.
Mengidentifikasi spesies-spesies yang ditemukan dalam plot.
12.
Menghitung cover, densitas, dan dominansi
setiap spesies dari area plot dengan rumus sebagai berikut :
a.
Densitas Mutlak (DsM) = ∑ total individu spesies X
∑ total plot x luas plot minimal
b.
Densitas Relatif (DsR)
= ∑ DsM spesies X x 100 %
∑ total DsM
c.
Dominansi Mutlak (DmM) = ∑ total cover spesies X
∑ total plot x luas plot minimal
d.
Dominansi Relatif (DmR) =
∑ DmM spesies X x 100 %
∑ total DmM
13.
Menghitung frekuensi setiap spesies
dari area plot dengan rumus sebagai berikut :
a.
Frekuensi Mutlak (FM) = ∑ plot dengan spesies X x 100 %
∑ total plot
b.
Frekuensi Relatif ( FR) =
∑ FM spesies X x 100 %
∑ total FM
14.
Menentukan nilai penting dengan rumus perhitungan :
NP = DsR + DmR + FR
15.
Menentukan kontribusi spesies dalam komunitas berdasarkan hasil perhitungan
nilai penting.
16.
Mentabulasikan data dalam tabel pengamatan.
17.
Menyusun portofolio secara individu.
E. Data pengamatan
1. DATA PENGAMATAN WILAYAH
Terlampir
2.
DATA PENGAMATAN
KELOMPOK
No
|
SPESIES
|
MUTLAK
|
RELATIF
|
NP
|
RANGKING
|
||||
DS
|
DM
|
F
|
DS
|
DM
|
F
|
||||
1
|
Achalypa indica
|
0.05
|
0.05
|
5.00
|
0.07
|
0.05
|
0.93
|
1.05
|
62
|
2
|
Ageratum
conyzoides
|
0.37
|
0.65
|
5.00
|
0.53
|
0.61
|
0.93
|
2.08
|
41
|
3
|
Allmania
nodiflora
|
0.58
|
1.48
|
6.67
|
0.85
|
1.39
|
1.24
|
3.48
|
26
|
4
|
Ammannia
microcarpa
|
0.10
|
0.07
|
1.67
|
0.15
|
0.06
|
0.31
|
0.52
|
87
|
5
|
Amorphophalus
campanulatus
|
0.03
|
0.08
|
1.67
|
0.05
|
0.08
|
0.31
|
0.44
|
95
|
6
|
Aneilema
hamiltonianum
|
0.02
|
0.03
|
1.67
|
0.02
|
0.03
|
0.31
|
0.37
|
105
|
7
|
Axonopus
compressus
|
0.88
|
0.33
|
6.67
|
1.29
|
0.31
|
1.24
|
2.84
|
29
|
8
|
Calopogonium
mucunoides
|
0.57
|
1.07
|
11.67
|
0.82
|
1.01
|
2.17
|
4.00
|
21
|
9
|
Chloris barbata
|
0.27
|
0.11
|
6.67
|
0.39
|
0.10
|
1.24
|
1.73
|
46
|
10
|
Clitoria
ternatea
|
3.17
|
13.25
|
36.67
|
4.61
|
12.50
|
6.81
|
23.92
|
1
|
11
|
Columella
trifolia
|
0.02
|
0.03
|
1.67
|
0.02
|
0.03
|
0.31
|
0.37
|
106
|
12
|
Cyperus
eragrostis
|
0.13
|
0.25
|
1.67
|
0.19
|
0.24
|
0.31
|
0.74
|
77
|
13
|
Digitaria
sanguinalis
|
1.05
|
2.73
|
8.33
|
1.53
|
2.58
|
1.55
|
5.65
|
15
|
14
|
Eclipta alba
|
0.02
|
0.00
|
1.67
|
0.02
|
0.00
|
0.31
|
0.34
|
109
|
15
|
Euphorbia hirta
|
0.12
|
0.06
|
5.00
|
0.17
|
0.06
|
0.93
|
1.15
|
58
|
16
|
Fimbristylis
annua
|
1.90
|
1.98
|
8.33
|
2.76
|
1.87
|
1.55
|
6.18
|
13
|
17
|
Galinsoga
parviflora
|
0.85
|
1.52
|
10.00
|
1.24
|
1.43
|
1.86
|
4.53
|
17
|
18
|
Hyptis capitata
|
0.07
|
0.28
|
6.67
|
0.10
|
0.26
|
1.24
|
1.59
|
48
|
19
|
Ipomea reptans
|
0.45
|
0.57
|
8.33
|
0.65
|
0.53
|
1.55
|
2.74
|
30
|
20
|
Kyllinga
monocephala
|
2.38
|
2.57
|
16.67
|
3.47
|
2.42
|
3.10
|
8.99
|
7
|
21
|
Leersia
hexandra
|
0.63
|
0.33
|
6.67
|
0.92
|
0.31
|
1.24
|
2.47
|
33
|
22
|
Limnophila
erecta
|
0.18
|
0.05
|
1.67
|
0.27
|
0.05
|
0.31
|
0.62
|
80
|
23
|
Mimosa pudica
|
1.78
|
5.38
|
23.33
|
2.59
|
5.08
|
4.33
|
12.01
|
5
|
24
|
Momordica
charantia
|
0.43
|
1.15
|
8.33
|
0.63
|
1.08
|
1.55
|
3.26
|
27
|
25
|
Panicum
claudicum
|
0.67
|
1.33
|
1.67
|
0.97
|
1.26
|
0.31
|
2.54
|
31
|
26
|
Panicum colonum
|
0.30
|
0.75
|
3.33
|
0.44
|
0.71
|
0.62
|
1.76
|
44
|
27
|
Panicum crus-galli
|
0.67
|
1.00
|
1.67
|
0.97
|
0.94
|
0.31
|
2.22
|
37
|
28
|
Panicum
distachyum
|
0.43
|
1.42
|
1.67
|
0.63
|
1.34
|
0.31
|
2.28
|
35
|
29
|
Panicum repens
|
0.35
|
0.53
|
6.67
|
0.51
|
0.50
|
1.24
|
2.25
|
36
|
30
|
Paspalum
commersonii
|
0.08
|
0.05
|
1.67
|
0.12
|
0.05
|
0.31
|
0.48
|
91
|
31
|
Paspalum
vaginatum
|
4.25
|
6.43
|
10.00
|
6.18
|
6.07
|
1.86
|
14.11
|
4
|
32
|
Phyllanthus
niruri
|
0.17
|
0.11
|
6.67
|
0.24
|
0.10
|
1.24
|
1.58
|
49
|
33
|
Polonisia
Viseosa
|
0.07
|
0.42
|
1.67
|
0.10
|
0.39
|
0.31
|
0.80
|
72
|
34
|
Sporobolus
diander
|
1.00
|
1.50
|
1.67
|
1.45
|
1.42
|
0.31
|
3.18
|
28
|
35
|
Sporobolus
virginieus
|
1.85
|
4.61
|
8.33
|
2.69
|
4.35
|
1.55
|
8.59
|
9
|
36
|
Tridax
procumbens
|
0.03
|
0.08
|
1.67
|
0.05
|
0.08
|
0.31
|
0.44
|
98
|
F.
Pembahasan
Pada
praktikum ini bertujuan untuk menentukan besarnya kontribusi masing-masing
spesies terhadap vegetasi, mengetahui distribusi masing-masing spesies, dan
menghitung nilai penting masing-masing spesies.
Di wilayah Pabelan, jumlah plot yang dipasang sebanyak 60 plot.
Setelah identifikasi spesies yang ditemukan didapatkan 109 spesies
yang termasuk
dalam tumbuhan
Lower Crop Comunnity. Ada 4 spesies yang
belum teridentifikasi dan diberi nama Sp
A, Spesies 1, Spesies 2 dan Spesies 5, dan 105 spesies
yang sudah diidentifikasi. Selanjutnya
mentabulasikan cover dan jumlah masing-masing spesies dalam satu wilayang tersebut.
Lalu menghitung nilai mutlak (densitas, dominansi,
dan frekuensi). Nilai mutlak yang diperoleh digunakan untuk menghitung
nilai relatif (densitas, dominansi, dan frekuensi).
Setelah diperoleh nilai relatif, jumlah densitas, dominansi, dan frekuensi digunakan
untuk memperoleh
nilai
penting. Nilai penting ini digunakan untuk mengetahui
rangking
yang menunjukan distribusi dan kontribusi masing-masing spesies
tersebut.
Berikut adalah rumus untuk mendapatkan frekuensi mutlak, frekuensi relatif, dominansi
mutlak, dominansi relatif, densitas mutlak dan relatif
sebagai berikut
a.
DensitasMutlak (DsM) = ∑ total individuspesies X
∑total plot x luas plot minimal
b.
DensitasRelatif (DsR) = ∑ DsMspesies X x 100 %
∑ totalDsM
c.
DominansiMutlak (DmM) = ∑ total cover spesies X
∑total plot x
luas plotminimal
d.
DominansiRelatif (DmR) = ∑
DmMspesies X x 100 %
∑ totalDmM
e.
FrekuensiMutlak (FM) = ∑ plot
denganspesies X x 100 %
∑ total plot
f.
FrekuensiRelatif ( FR) = ∑ FM
spesies X x 100 %
∑ total FM
Nilai
densitas menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu
sedangkan nilai dominansi menunjukkan jumlah cover dengan satuan luas tertentu.
Densitas dan dominansi menunjukkan kontribusi spesies tersebut dalam lokasi
pengamatan.
Nilai frekuensi
suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya.
Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan
tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah
individu pada masing-masing plot.
Wilayah Pabelan
Dari data pengamatan Pabelan diperoleh nilai penting 5 terbesar
sebagai berikut
1.
Clitoria ternantera ( rangking 1), nilai
penting = 23.92 %
2.
Imperata
cylindrica ( rangking 2), nilai
penting = 21.74 %
3.
Mimosa
invisa (rangking 3), nilai penting = 14.62
4.
Paspalum vaginatum (rangking 4), nilai penting = 14.11%
5.
Mimosa pudica (rangking
5), nilai penting = 12.01%
Dari data di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa
Clitoria ternatea mempunyai
rangking 1, Imperata
cylindrica mempunyai
rangking 2 dan Mimosa invisa mempunyai
rangking 3, Paspalum vaginatum mempunyai
rangking 4, Mimosa pudica mempunyai
rangking 5. Rangking diambil berdasarkan nilai penting yang paling besar
akan menduduki
rangking terkecil.
Spesies yang mempunyai
nilai
penting tertinggi dapat digunakan untuk menentukan penamaan vegerati wilayah
tersebut. Pada wilayah Pabelan, spesies yang mendominasi
adalah Clitoria ternatea, Imperata cylindrica, Mimosa invisa, Paspalum vaginatum dan Mimosa pudica
sehingga spesies tersebut berkontribusi tinggi dalam menyusun vegetasi
wilayah Pabelan. Distribusi Clitoria
ternatea pada wilayah Pabelan lebih besar dibandingkan yang
lain. Hal ini dapat ketahui dengan adanya analisis kuantitatif yang berupa
nilai penting terbesar.
Pada wilayah Pabelan, Clitoria
ternatea mempunyai
daya adaptasi, strategi regenerasi, distribusi yang bagus sehingga spesies
tersebut mempunyai kontribusi yang terbesar pada wilayah
Pabelan.
Dari
data pengamatan Pabelan, juga dapat diperoleh nilai penting 5 terkecil
sebagai berikut
1.
Eclipta alba ( rangking 108), nilai
penting = 0.34 %
2.
Cleome viscosa ( rangking 107), nilai
penting = 0.35%
3.
Spesies 2 ( rangking 106), nilai
penting = 0.37%
4.
Columella trifolia (rangking
105),nilai
penting = 0.37%
5.
Aneilema hamiltonianum
(rangking 105), nilai penting =
0.37%
Kelima spesies tersebut
memiliki nilai penting
terendah yang menunjukan bahwa tumbuhan Spesies 2, Cleome viscosa, Eclipta alba, Aneilema hamiltonianum dan Columella trifolia pada wilayah Pabelan
tidak mendominasi, sehingga distribusi tidak merata di
seluruh Pabelan. Hal ini ditunjukan dengan frekuensi relatif
yang menggambarkan distribusi dan daya adaptasi
pada lingkungan tersebut. Pada kelima spesies tersebut didapatkan
frekuensi relative dan mutlak yang sama
sehingga distribusi spesies tersebut nampaknya hampir sama.
Perbedaan kelima spesies tersebut pada densitas dan dominansinya
yang menunjukan
angka yang bervariasi. Pada densitas tersebut menunjukan
adanya strategi regenerasi yang lebih bagus pada spesies Eclipta alba, Aneilema hamiltonianum dan Columella trifolia dibandingkan Spesies 2, dan Cleome
viscosa. Olek karena itu,
Eclipta alba, Aneilema hamiltonianum dan Columella trifolia mempunyai
rangking lebih bagus.
Dengan adanya nilai penting yang terkecil maka menunjukan
distribusi, upaya regenerasi yang lemah sehingga kontribusi spesies tersebut pada wilayah Pabelan sedikit
dan distribusi spesies tersebut jarang ditemukan.
Data kelompok 2
Dari identifikasi spesies yang ditemukan dalam masing-masing plot,
kelompok 2 mendapatkan 36 spesies, yaitu: Achalypa indica, Ageratum
conyzoides, Allmania
nodiflora, Ammannia
microcarpa, Amorphophalus
campanulatus, Aneilema
hamiltonianum, Axonopus
compressus, Calopogonium mucunoides, Chloris barbata, Clitoria ternatea, Columella trifolia, Cyperus eragrostis, Digitaria sanguinalis, Eclipta alba, Euphorbia
hirta, Fimbristylis
annua, Galinsoga
parviflora, Hyptis capitata, Ipomea reptans, Kyllinga monocephala, Leersia hexandra, Limnophila erecta, Mimosa pudica, Momordica charantia, Panicum claudicum, Panicum colonum, Panicum crus-galli, Panicum distachyum, Panicum repens, Paspalum commersonii, Paspalum vaginatum, Phyllanthus niruri, Polonisia Viseosa, Sporobolus diander, Sporobolus virginieus, dan Tridax
procumbens.
Dari ke 36 spesies tersebut, diperoleh nilai penting pada
data angkatan wilayah Pabelan maka
diperoleh rangking sebagai berikut:
A.
Rangking
3 teratas
1.
Clitoria ternantera
Clitoria ternantera memiliki nilai penting yang tinggi
sehingga menempati rangking 1 pada data wilayah Pabelan. Dari analisa
kuantitatif diperoleh nilai penting sebesar 23.92 %, dan menempati rangking pertama.
Dengan adanya nilai penting yang tertinggi maka menunjukan jumlah nilai relative yang terdiri dari densitas, dominansi dan frekuensi yang lebih tinggi dibandng yang lain sehingga dapat
disimpulkan bahwa spesies ini
memiliki kontribusi yang besar dalam menyusun vegetasi di wilayah Pabelan karena upaya regenerasi, distribusi dan adaptasi spesies ini cocok dalam lingkungan tersebut.
2. Paspalum
vaginatum
Paspalum vaginatum memiliki nilai
penting tinggi yaitu sebesar 14.11%, setelah mendapatkan
nilai penting lalu diperoleh rangkingnya. Pada data wilayah
Pabelan, Paspalum vaginatum mendapatkan rangking 4.
Nilai penting yang tinggi menunjukan jumlah nilai relative yang terdiri dari densitas, dominansi dan frekuensi yang lebih tinggi dibanding yang lain sehingga
dapat disimpulkan bahwa spesies ini
memiliki kontribusi yang besar dalam menyusun vegetasi di wilayah Pabelan karena upaya regenerasi, distribusi dan adaptasi spesies ini cocok dalam lingkungan tersebut.
3.
Mimosa pudica
Mimosa pudica memiliki nilai
penting tinggi yaitu sebesar 12.01%, setelah mendapatkan
nilai penting lalu diperoleh rangkingnya. Pada data wilayah
Pabelan, spesies ini mendapatkan
rangking 5.
Dengan adanya nilai penting tertinggi
rangking kelima maka menunjukan jumlah nilai relative yang terdiri dari densitas, dominansi dan frekuensi yang lebih tinggi dibanding spesies dengan rangking
di bawahnya sehingga dapat disimpulkan bahwa spesies
ini memiliki kontribusi yang besar dalam menyusun vegetasi di wilayah Pabelan karena upaya regenerasi, distribusi dan adaptasi spesies ini cocok dalam lingkungan Pabelan
B.
Rangking
3 terbawah
1.
Aneilema hamiltonianum
Aneilema hamiltonianum memiliki nilai penting tinggi
yaitu 0.37%, setelah mendapatkan
nilai penting lalu ditentukan rangkingnya. Pada data wilayah
Pabelan, spesies ini mendapatkan
rangking 105
dari 109 spesies.
Hal ini menunjukan nilai
penting rendah maka jumlah nilai relative yang terdiri dari densitas, dominansi dan frekuensi yang sangat kecil. Oleh kerana itu, Aneilema hamiltonianum memiliki
kontribusi yang sangat kecil dalam
menyusun vegetasi di wilayah Pabelan karena upaya regenerasi,
distribusi dan adaptasi spesies ini kurang cocok dalam lingkungan Pabelan. Hal ini ditunjukan dengan adanya penghitungan cover
dan jumlah spesies pada tiap plot yang sedikit
sehingga densitas, dominansi dan frekuensi
sedikit yang menyebabkan nilai pentingnya juga akan
sedikit. Frekuensi ini akan menunjukan adanya
persebaran spesies dalam suatu wilayah.
2.
Columella trifolia
Columella trifolia memiliki nilai
penting tinggi yaitu sebesar 0.37%, setelah mendapatkan nilai penting lalu
ditentukan rangkingnya. Pada data wilayah Pabelan, spesies ini mendapatkan
rangking 106
dari 109 spesies.
Dengan adanya nilai penting rendah maka menunjukan jumlah nilai relative yang terdiri dari densitas, dominansi dan frekuensi yang sangat kecil. Oleh kerana itu, Columella trifolia memiliki
kontribusi yang sangat kecil dalam
menyusun vegetasi di wilayah Pabelan karena upaya
regenerasi, distribusi dan adaptasi spesies ini kurang cocok dalam lingkungan Pabelan.
3.
Eclipta alba
Eclipta alba memiliki nilai
penting tinggi yaitu sebesar 0.34%, setelah mendapatkan nilai penting lalu
ditentukan rangkingnya. Pada data wilayah Pabelan, spesies ini mendapatkan
rangking 109
dari 109 spesies.
Nilai penting terendah maka menunjukan jumlah nilai relative yang
terdiri dari densitas, dominansi dan frekuensi yang
sangat kecil. Oleh kerana itu, Ammannia
microcarpa memiliki kontribusi yang sangat kecil dalam menyusun
vegetasi di wilayah Pabelan karena upaya regenerasi,
distribusi dan adaptasi spesies ini kurang cocok dalam lingkungan Pabelan.
Perbandingan wilayah
Pabelan dan Plesungan
Dari data pengamatan Pabelan diperoleh nilai penting 3 terbesar yaitu
1.
Clitoria ternantera ( rangking 1), nilai
penting = 23.92 %
2.
Imperata
cylindrica ( rangking 2), nilai
penting = 21.74 %
3.
Mimosa
invisa (rangking 3), nilai penting = 14.62 %
Dari data pengamatan Pabelan juga dapat diperoleh
nilai penting 3 terkecil sebagai berikut
1.
Eclipta alba ( rangking 108), nilai
penting = 0.34 %
2.
Cleome viscosa ( rangking 107), nilai
penting = 0.35 %
3.
Spesies 2 ( rangking 106), nilai
penting = 0.37%
Dari data pengamatan
Plesungan diperoleh nilai penting 3 terbesar adalah
1.
Paspalum conjugatum dengan NP = 29,22%
2.
Axonopus compresus dengan NP = 16,95%
3.
Oplismenus burmanii dengan NP = 16,39%
Dari data pengamatan Plesungan, juga dapat diperoleh
nilai penting 3 terkecil sebagai berikut
1.
Phyllantus tenellus dengan NP = 0,26%
2.
Fleurya aestuans dengan NP = 0,25%
3.
Cleoma viscosa dengan NP = 0,25%
Dari data wilayah Pabelan dan Plesungan terlihat
spesies yang menduduki peringkat tertinggi dan terendah yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat disebabkan karena lingkungan biotik dan abiotik, sumber daya,
tetangga dan gangguan yang ada pada wilayah tersebut berbeda sehingga mempengaruhi
distribusi, kelimpahan individu, dan mengubah laju
pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan, area daun, area akar dan ukuran
individu. Oleh karena itu, peringkat tiap wilayah berbeda
sehingga kontribusi suatu spesies dalam suatu daerah juga berbeda.
G. Kesimpulan
Populasi tumbuhan adalah sekelompok individu tumbuhan sejenis yang hidup
di suatu habitat atau lingkungan tertentu dan dapat melakukan persilangan di
anatara sesama jenisnya yang menghasilkan keturunan yang fertil.
Analisis vegetasi adalah suatu
cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi tumbuh-tumbuhan.
Pada data wilayah Pabelan didapatkan rangking
sebagai
berikut:
Dari data pengamatan Pabelan diperoleh nilai penting 5 teratas
sebagai berikut
1.
Clitoria ternantera ( rangking 1), nilai
penting = 23.92 %
2.
Imperata
cylindrica ( rangking 2), nilai
penting = 21.74 %
3.
Mimosa
invisa (rangking 3), nilai penting = 14.62 %
4.
Paspalum vaginatum (rangking 4), nilai penting = 14.11%
5.
Mimosa pudica (rangking
5), nilai penting = 12.01%
Dari
data pengamatan pabelan diperoleh nilai penting 5 teratas sebagai
berikut
1.
Eclipta alba ( rangking 108), nilai
penting = 0.34 %
2.
Cleome viscosa ( rangking 107),nilai
penting = 0.35%
3.
Spesies 2 ( rangking 106), nilai
penting = 0.37%
4.
Columella trifolia (rangking
105), nilai penting
= 0.37 %
5.
Aneilema hamiltonianum
(rangking 105), nilai penting = 0.37 %
Pada data kelompok 2 didapatkan hasil
sebagai berikut:
A. Rangking
3 teratas
1.
Clitoria ternantera, nilai penting sebesar
23.92 %,
2. Paspalum
vaginatum, Paspalum
vaginatum, nilai penting sebesar 14.11%.
3. Mimosa
pudica memiliki nilai penting sebesar 12.01%
B. Rangking
3 terbawah
1.
Aneilema hamiltonianum memiliki nilai penting tinggi
yaitu 0.37%,
2. Columella
trifolia memiliki nilai
penting tinggi yaitu sebesar 0.37%
3. Eclipta
alba memiliki nilai penting
tinggi yaitu sebesar 0.34%
Dengan diketahui nilai penting maka
dapat diketahui kontribusi spesies pada wilayah tersebut. Semakin
besar nilai penting maka kontribusinya semakin
besar disebabkan karena kemampuan distribusinya cepat, daya
adaptasi spesies itu lebih cepat.
Dari data wilayah Pabelan dan Plesungan terlihat
spesies yang menduduki peringkat tertinggi dan terendah yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat disebabkan karena lingkungan biotik dan abiotik, sumber daya,
tetangga dan gangguan yang ada pada wilayah tersebut berbeda sehingga mempengaruhi
distribusi, kelimpahan individu, dan mengubah laju
pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan, area daun, area akar dan ukuran
individu. Oleh karena itu, peringkat tiap wilayah berbeda
sehingga kontribusi suatu spesies dalam suatu daerah juga berbeda.
H. Daftar pustaka
Eden Surasana dan Syafei. 1990. Pengantar
Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB.
Kainde, R.P.,dkk. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Lindung Gunung Tumpa
(Vegetation Analysis of The Mount Tumpa Preotection Forest). Eugenia.
Vol.17, No.3
Kusmana, C.
1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian: Bogor
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Syafei,
Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi
Tumbuhan. ITB: Bandung
Widoretno, Sri. 2010. Populasi dan Demografi
Tumbuhan dalam http://
widoretnostaff.fkip.uns.ac.id
Wolf, Larry
dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi
Umum. UGM Press: Jogjakarta.
I.
LAMPIRAN
1.
Lembar Dokumentasi
2.
Lembar Data pengamatan wilayah Pabelan
Lembar Data pengamatan
kelompok 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar