Jumat, 06 November 2015

Ekofisiologi

BAB 1
PENDAHULUAN

Dalam ekosistem hewan berinteraksi dengan lingkungan biotic, yaitu hewan lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya. Interaksi tersebut dapat terjadi antar individu, antar populasi danantar komunitas. Setiap makhluk hidup harus dapat berkembangbiak untuk dapat mewariskan sifat-sifat pada keturunannya. Disamping itu, makhluk hidup juga harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Sebagian besar hewan dapat bertahan hidup menghadapi fluktuasi lingkungan eksternal yang lebih ekstrim dibandingkan dengan keadaan yang dapat ditolerir oleh setiap individu selnya. Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan internal seekor hewan. Setiap species hewan yang berbeda telah diadaptasikan terhadap kisaran suhu yang berbeda-beda. Setiap hewan mempunyai kisaran suhu yang optimum. Di dalam kisaran tersebut, banyak hewan dapat mempertahankan suhu internal yang konstan meskipun suhu eksternalnya berfluktuasi. Olek karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang ekofisiologi yang menyebabkan hewan beradaptasi terhadap lingkungan dengan fisiologi dan mekanisme dalam tubuh mhaluk hidup.

B.     Rumusan Masalah
Berikut ini beberapa rumusan masalah dalam makalah ini yatu
1.      Apa yang dimaksud dengan ekofisiologi ?
2.      Apa yang dimaksud adaptasi fisiologi?
3.      Sebutkan faktor  yang mempengaruhi adaptasi?
4.      Sebutkan contoh hubungan ekologi dengan ekofisiologi?
5.      Bagaimana pengaruh ekofisiologi terhadap perilaku?

Tujuan yang kami ingin capai dalam penulisan ini adalah :
1.      Untuk mengetahui ekomorfologi hewan
2.      Untuk mengetahui adaptasi fisiologi
3.      Untuk mengetahui faktor  yang mempengaruhi adaptasi
4.      Untuk mengetahui contoh hubungan ekologi dengan ekofisiologi
5.      Untuk mengetahui pengaruh ekofisiologi terhadap perilaku

D.    Manfaat Penulisan

Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan tentang ekofisiologi hewan dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta dapat menambah pengetahuan dalam bidang ekologi khususnya pada hewan. Selain itu, dibuat untuk memenuhi tugas pada matakuliah ekologi hewan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ekofisiologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya (Zoologiwan Jerman, 1834-1914).
Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut.
Fisiologi, dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Fisiologi adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan berfungsi secara fisik dan kimiawi. Fisiologi menggunakan berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan.
Cakupan subjek dari fisiologi hewan adalah semua makhluk hidup. Banyaknya subjek menyebabkan penelitian di bidang fisiologi hewan lebih terkonsentrasi pada pemahaman bagaimana ciri fisiologis berubah sepanjang sejarah evolusi hewan.
Jadi ekofisiologi mempelajari efek ekologis dari ciri fisiologi suatu hewan atau tumbuhan dan sebaliknya. Faktor yang mempengaruhi fisiologi hewan dan tumbuhan bukan hanya genetika. Tekanan lingkungan juga sering menyebabkan kerusakan pada organisme eukariotik. Organisme yang tidak hidup di habitat akuatik harus menyimpan air dalam lingkungan seluler. Pada organisme demikian, dehidrasi dapat menjadi masalah besar. Dehidrasi pada manusia dapat terjadi ketika terdapat peningkatan aktivitas fisik. Dalam bidang exercise physiology, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai efek dehidrasi terhadap homeostasis.
Adaptasi fisiologis adalah adaptasi yang menyangkut kesesuaian proses-proses fisiologis hewan dengan kondisi lingkungan dan sumberdaya yang ada di habitatnya. Diantaranya ada yang berhubungan dengan adaptasi struktural, terutama pada bagian dalam tubuh. Misalnya pada proses respirasi, pencernan makanan dan lain-lain yang menggambarkan adanya adaptasi terstruktur.
Pada adaptasi fisiologi ini adanya keterkaitan antara ciri fisiologis dengan ciri struktural mungkin tampak jelas jika dilihat dari garis evolusi yang terbentang dari organisme sederhana hingga organisme tingkat tinggi. Untuk memberikan gambaran tentang adanya ciri-ciri fisiologi yang teradaptasi pada lingkungan berikut ini beberapa contoh fisiologi yang dapat dengan mudah dilihat hubungannya dengan ciri habitat.

B.     Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian diri berupa perubahan proses fisiologi dalam tubuh makhluk hidup untuk menyesuaikan diri  terhadap keadaan lingkungannya. Adaptasi fisiologi pada tumbuhan misalnya dengan mengeluarkan bau yang khas yang dihasilkan oleh bunga, akar dan daun tumbuhan atau berupa nektar yang dihasilkan oleh bunga Biasanya bau khas tersebut dimaksudkan untuk mengundang hewan agar datang kepadanya, supaya proses penyerbukan dapat berlangsung. Adaptasi fisiologi pada hewan lebih beraneka ragam sesuai dengan jenis hewan dan habitatnya.
1.      Respirasi
Respirasi merupakan proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. Respirasi dapat diartikan sebagai pembongkaran makanan untuk mengambil energi kimia yang tersimpan didalamnya. Sistem respirasi dan proses fisiologis respirasi berbeda antara hewan satu dengan yang lain.Secara ekologis, perbedaan itu disebabkan oleh faktor-faktor luar terutama konsentrasi oksigen yang ada di medium yang ada di dalam habitat. Perbedaan sistem dan proses respirasi juga ada hubungannya dengan tingkat kerumitan anatomi tubuh hewan.
Hubungan faktor ekologi dan kerumitan anatomi tubuh hewan dengan adaptasi fisiologi adalah sebagai berikut
a)      Hewan yang hidup di air dalam banyak yang bersifat anaerob sedangkan hewan air yang tinggal di air dangkal bersifat aerob.
Keduanya berbeda karena hubungannya dengan perbedaan konsentrasi larutan oksigen didalam air. Kandungan oksigen ditempat yang dalam sangat kecil, sehingga hewan anaerob mengadaptasi diri terhadap lingkungan yang kuran oksigen dengan bernapas tanpa menggunakan oksigen. Pada pernapasan anaerobik karbohidrat dibongkar untuk menghasilkan energi dengan produk sampingan berupa asam cuka dan alkohol.
Hewan yang hidup di daerah permukaan air yang kaya oksigen sehingga lebih teradaptasi dengan pernapasan aerob yang membongkar makanan untuk mengeluarkan energi dengan menggunakan oksigen dengan produk sampingan karbondioksida dan air. Karena tubuhnya uniseluler sehingga oksigen diserap secara langsung dengan permukaan tubuhnya. (Pudyo Susanto, 2000)
b)      Hewan air mengambil oksigen dari gas yang terlarut didalam air yang berkonsentrasi rendah, hewan darat mengambil oksigen  dari udara. Hewan kecil terutama yang hidup di air mengambil oksigen melalui permukaan tubuh, hewan besar memerlukan alat khusus untuk mengambil atau menghisap oksigen.
c)      Pada manusia saat orang melakukan kerja otot melebihi kapasitas paru-paru untuk menghirup oksigen, pembongkaran dengan bahan bakar karbohidrat ditingkatkan dengan respirasi anaerobik. Adanya respirasi anaerobik dapat ditandai dengan terbentuknya asam laktat. Asam laktat terbawa oleh aliran darah dan diubah menjadi glikogen dan disimpan dalam hati.
d)     Kebanyakan hewan air bernapas menggunakan insang, insang ikan terletak didalam rongga mulut. Paru-paru yang dimiliki hewan darat merupakan pelekukan kedalam dari permukaan tubuh.
Paru-paru sederhana pada siput tanah. Serangga punya kemampuan hidup di lingkungan kering, untuk mengurangi kehilangan air dalam tubuh tubuhnya tertutup oleh kulit tebal yang terbentuk oleh lapisan khitin sehingga difusi oksigen melalui permukaan tubuh tidak dapat berlangsung. Serangga memerlukan alat pernapasan khusus disebut trakhea.
Meskipun insang merupakan alat yang cocok untuk pernapasan didalam air, beberapa jenis ikan sering mengambil oksigen di udara. Ikan itu naik ke permukaan air untuk mengeluarkan moncongnya diatas air, contoh ikan mujair dan ikan mas.
2.      Makanan dan pencernaan makanan
Makanan sangat diperlukan hewan untuk memenuhi kebutuhan energy, bahan untuk membangun sel, jaringan dan organ tubuhdan bahan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan.
Berdasarkan cara memperoleh makanan, hewan dibagi menjadi beberapa jenis. Ada hewan yang memakan tumbuhan disebut herbivor, hewan yang memakan daging atau hewan laindisebut karnivora,dan hewan pemakan tumbuhan, hewan disebut omnivora,ada yang memakan hewan dan tumbuhan yang masih hidup (predator, parasit, parasitoid) dan ada yang memakan tumbuhan dan hewan yang sudah mati (scavinger,detritivor dan saproba).
Hewan pemakan tumbuhan ( Herbivora ) melakukan adaptasi fisiologi terhadap jenis makanannya. Makanan yang berupa tumbuhan jauh lebih sulit dicerna dibandingkan dengan makanan yang berasal dari daging, karena dinding sel tumbuhan tersusun atas selulosa yang tebal dan kuat. Oleh karena itu diperlukan suatu saluran pencernaan yang lebih panjang dibandingkan dengan saluran pencernaan hewan karnivora. Usus herbivora juga menghasilakan enzim selulase yang berfungsi untuk mencerna serat tumbuhan.
Pada Protozoa memakan alga, bakteri,dan bahan yang berukuran mikroskopis makanan dapat langsung kedalam sel yaitu kedalan vakuola makanan yang berfungsi sebagai alat mencerna makanan.Sarimakanan diserap kedalam sitoplasma,sisa makanan dikeluarkan melalui dinding sel.
Hewan avertebrata yang lebih tinggi tingkatannya memakan makanan berukuran kecil dengan cara menyaring makanan yang tercampur dengan bahan lain. Contoh ketam darat memakan makanan yang berada didalam lumpur, lumpur dimasukkan kedalam mulut dengan kaki sapit. Pada waktu makan ketam memasukkan air sebanyak banyaknya kedalam rongga mulut dengan adanya air butir-butir makanan yang kecil terapung dan butir lumpur yang berukuran besar mengendap. Butir lumpur yang besar tersangkut pada insang kemudian dikeluarkan dari mulut dengan cara menyemburkan air yang ada dirongga mulut.
Toredo navalis yang dikenal dengan nama cacing pengebor memiliki enzim  pencernaan khusus yang dapat mencerna kayu. Cacing tersebut biasanya hidup di kapal atau galangan kapal di lautan, sehingga kapal menjadi rusak.
Beberapa jenis vertebrata yang tidak mempunyai gigi menelan seluruh makanan yang diidapatkan,tanpa dipotong atau dikunyah terlebih dahulu misalnya pada ikan, reptil, amphibi, dan burung. Hewan ini memiliki cara tertentu untuk menghancurkan makanannya.
Burung mempunyai lambung pengunyah (gizzard). Burung sering memakan pasir untuk mempercepat pelumatan makanan didalam lambung pengunyah. Burung mempunyai tembolok yang terletak dibagian atas lambung dan tembolok berfungsi untuk menyimpan makanan sebelum masuk ke lambung untuk dilunakkan.
Makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan kebanyakan masih dalam bentuk molekul besar sehingga tidak dapat diserap oleh dinding usus. Molekul yang berukuran besar perlu diuraikan mejadi molekul yang lebih kecil oleh enzim yang disekresikan oleh kelenjar pencernaan.
Mamalia herbivora mempunyai saluran pencernaan sehubungan dengan pencernaan selulosa karena didalam saluran pencernaan terdapat mikroorganisme yang dapat mencerna selulose misalnya pada sapi dan domba. Keistimewaan terdapat pada lambungnya karena terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.
 
3.      Temperatur
Adaptasi fisiologi hewan terhadap temperatur lingkungan meliputi tiga hal antara lain yaitu adaptasi untuk hidup pada lingkungan bertemperatur tendah, bertemperatur tinggi dan untuk mengatasi perubahan temperatur tubuh sebagai akibat perubahan temperatur lingkungan.
Berdasarkan responnya terhadap perubahan temperatur lingkungan hewan dapat dikelompokkan menjadi hewan homeoterm dan hewan poikiloterm. Hewan homeoterm dapat mempertahankan temperatur tubuh meskipun temperatur lingkungan berubah, contohnya mamalia dan burung. Hewan poikiloterm adalah hewan yang temperatur tubuhnya berubah ubah jika temperatur lingkungan berubah. Hewan yang bersifat poikiloterm adalah reptil, amphibi, ikan dan hewan avertebrata.
Semua hewan berusaha untuk memanaskan tubuhnya agar temperatur tubuh tidak banyak berubah sebagai akibat penurunan temperatur lingkungan tetapi dengan cara berbeda-beda. Hewan homeotrem memanaskan tubuhnya dengan cara meningkatkan respirasi karbohidrat dengan kata lain panas tubuh hewan homeotermberasal dari tubuhnya sendiri. Sifat itu disebut endotermik.
Pada saat temperatur lingkungan meningkat panas keluar sebagai metabolisme karbohidrat dipancarkan keluar. Selain itu air yang diproduksi pada peningkatan metabolisme karbohidrat  dikeluarkan kepermukaan kulit dalam bentuk keringat. Keringat itu menguap,dan penguapan menghisap panas dari tubuh. Dengan cara itu suhu tubuh hewan homeoterm tidak meningkat, jika suhu lingkungan meningkat. Bila temperatur lingkungan turun, panas yang dihasilkan pada respirasi karbohidrat disimpan oleh tubuh. Air yang keluar dari respirasi dikeluarkan melalui ginjal, sehingga tidak menghisap panas tubuh untuk pengeluarannya. Dengan cara itu hewan mempertahankan temperatur tubuh jika temperatur lingkungan turun.
Ketahanan hewan untuk hidup dalam rentangan suhu lingkungan yang berbeda beda ,ada hewan yang mempunyai toleransi lebar terhadap perubahan suhu lingkungan (euritermal)dan ada yang mempunyai toleransi sempit (stenotermal).
4.      Air
Hewan untuk mencegah kehilangan air yang terlalu besar (dehidrasi) melakukan yaitu
a.       Aetivasi, misal siput darat dengan memasukkan tubuh ke dalam cangkang kemudian ditutup dengan epifragma, katak mengubur diri di dalam tanah.
b.      Berkulit tebal (kitin) dan belapis lilin, misal serangga.
Masalah yang dihadapi hewan sehubungan dengan ada tidaknya air di lingkungan hidup adalah mempertahankan kandungan air tubuh dan konsentrasi larutan garam dan tekanan osmotik cairan tubuh. Hewan darat lebih menghadapi ancaman kehilangan air dari dalam tubuh jika lingkungan menjadi kering.
Faktor yang mempengaruhi adalah kelembaban udara dan temperatur. Air dalam tubuh menguap jika lingkungan menjadi kering dan suhu tubuh meningkat. Secara umum hewan mengatur keseimbangan air didalam tubuh dengan cara mengeluarkan air dan memasukkan air. Pengeluaran air dari dalam tubuh dilakukan dengan cara penguapan melalui permukaan tubuh, dan alat pernapasan melalui feses dan urin. Pemasukan air kedalam tubuh dilakukan dengan cara minum, menghisap air dalam makanan, menghisap air melalui permukaan tubuh,dan memanfaatkan air yang terbentuk pada metabolisme karbohidrat.
5.      Salinitas
Hewan laut bersifat isosmotik (tekanan osmotik cairan tubuh = tekanan osmotik air laut), karena bersifat osmokonformer. Hewan laut yang bermigrasi ke daerah payau perlu melakukan osmoregulasi untuk mengatur tekanan osmotik tubuhnya agar lebih tinggi dari pada tekanan osmotik di dalam air.
Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmosis. Tekanan osmosis adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu zat yang terlarut dalam air dan mengakibatkan air dapat menembus suatu membran tipis. Kadar garam ikan yang hidup di air tawar lebih rendah dibandingkan dengan kadar garam air laut. Ini berarti tekanan osmosis tubuh ikan lebih rendah dari tekanan osmosis air laut. Sehingga air yang berada pada tubuh ikan dapat keluar melalui membran tipis yang ada di insang. Akibatnya ikan air laut dapat kehilangan air. Untuk mengatasi hal tersebut ikan melakukan adaptasi fisiologi dengan pengaturan osmoregulasi melalui kegiatan “banyak minum, jarang kencing. Pada ikan air tawar untuk menyeimbangkan tekanan osmosis di dalam tubuh punya tekanan osmosis yang lebih tinggi dari air tawar sebagai tempat hidupnya, maka ikan air tawar melakukan usaha penyeimbangan tekanan osmosis dengan “jarang minum, banyak kecing”.

C.    Faktor  yang Mempengaruhi Adaptasi
Faktor yang mempengaruhi adaptasi di lingkungan air adalah
Faktor yang mempengaruhi adaptasi di lingkungan darat adalah
Kadar garam ( salinitas)
Persediaan air 
Suhu ( Temperatur)
Suhu
Intensitas cahaya
Kelembaban   
Arus air
Cahaya
Kandungan oksigen terlarut ( Dissolve oxygen )
Cuaca/iklim
BOD ( Biological Oxygen Demand )
Keadaan tanah

D.    Contoh Hubungan Ekologi dengan Ekofisiologi
Kehidupan manusia menyesuaikan diri pada lingkunganya, orang yang tinggal di daerah pantai seperti nelayan kebanyakan berkulit hitam (dampak lingkungan) dan berpakaian tipis karena harus menyesuaikan diri dengan cuaca yang panas. Dan katak yang dapat menyesuaikan diri di darat maupun di laut.
Selain itu, ikan yang hidup pada air laut dan air tawar akan melakukan adaptasi pada tempat hidupnya. Ikan air laut dapat kehilangan air untuk mengatasi hal tersebut ikan melakukan adaptasi fisiologi dengan pengaturan osmoregulasi melalui kegiatan “banyak minum, jarang kencing”. Pada ikan air tawar untuk menyeimbangkan tekanan osmosis di dalam tubuh ikan memiliki tekanan osmosis yang lebih tinggi dari air tawar sebagai tempat hidupnya, maka ikan air tawar melakukan usaha penyeimbangan tekanan osmosis dengan “jarang minum, banyak kecing”.
Pada manusia, adaptasi fisiologi terjadi misalnya pada orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan mempunyai jumlah eritrosit yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di dataran rendah, hal ini brtujuan untuk mengatasi kekurangan jumlah oksigen yang berhasil masuk ke dalam tubuh.

E.     Pengaruh Ekofisiologi terhadap Perilaku
Satuan pokok ekologi adalah ekosistem atau sistem ekologi. Ekosistem dicirikan dengan berlangsungnya pertukaran materi dan transformasi energi yang sepenuhnya berlangsung di antara berbagai komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem lain di luarnya. Kehidupan akan berlangsung dalam berbagai fenomena kehidupan menurut prinsip, tatanan dan hukum alam atau ekologi seperti homeostatis (keseimbangan), kelentingan (resilience atau kelenturan), kompetisi, toleransi, adaptasi, suksesi, evolusi, mutasi.
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Adaptasi alat-alat tubuh atau secara fisiologis memungkinkan hewan bertahan hidup pada keadaan lingkungan yang tersedia Perubahan ini bisa berlangsung cepat ataupun lambat, karena lingkungan berubah maka agar makhluk hidup dapat bertahan hidup, dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya, adaptasi ini sulit diamati.
Perilaku hewan dapat dikaji melalui beberapa cara salah satunya bisa dapat dilihat dari fisiologi yang melatar belakangi perilaku suatu individu atau hewan tersebut. Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus itu, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respons, efektor itulah yang sebenarnya melaksanakan aksi. Perilaku dapat juga disebabkan stimulus dari dalam. Hewan yang merasa lapar akan mencari makanan sehingga hilanglah laparnya setelah memperoleh makanan. Lebih sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dari dalam. Jadi, berdasarkan pernyataan di atas hubungan timbal balik antara stimulus dan respons yang terjadi pada organisme merupakan sebagian studi mengenai perilaku. Study lainnya menyangkut masalah pertumbuhan dan mekanisme evolusioner dari organisme dan sekaligus evolusi perilakunya.
Pokok pembahasannya pembagian perilaku hewan pengenbangannya berdasarkan prinsip-prinsip fisiologis dan fungsinya (pendekatan evolusioner).  Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Tingbergen yaitu menempatkan kulit telur burung camar yang pecah dekat dengan telur-telur kamouflase tersebat tanpa pecahan kulit telur burung camar. Ia kemudian mengamati, telur-telur mana yang mudah ditemukan oleh camar. Karena camar-camar tersebut dapat mengidentifikasi atau mengenali warna putih pecahan telurnya sebagai petunjuk atau penanda, ternyata burung-burung camar tersebut lebih banyak memakan telur-telur ayam kamouplase yang dekat dengan pecahan kulit telur-telurnya yang asli. Dari peristiwa ini, Timbergen menarik kesimpulan bahwa pembuangan cangkang-cangkang telur oleh camar setelah menetas adalah perilaku adaptif. Hal ini dilakukan oleh camar untuk mengurangi usaha pemangsaan (predator) sehingga meningkatkan untuk tetap bertahan hidup (Sukarsono, 2009).




BAB III

 KESIMPULAN DAN SARAN


A.    Kesimpulan

Ekofisiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang tanggapan dan penyesuaian diri hewan secara fisiologis terhadap faktor-faktor lingkungan tempat hidupnya, dimana hewan akan mengadakan suatu penyesuaian diri terhadap lingkungannya disebut dengan adaptasi.

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Perilaku hewan dapat dikaji melalui beberapa cara salah satunya bisa dapat dilihat dari fisiologi yang melatar belakangi perilaku suatu individu atau hewan tersebut. Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Contoh fisiologi yang dapat dengan mudah dilihat hubungannya dengan ciri habitat yang berhubungan dengan respirasi, temperatur, makanan, air, dan kadar garam (salinitas).

Kehidupan manusia menyesuaikan diri pada lingkunganya, orang yang tinggal di daerah pantai seperti nelayan kebanyakan berkulit hitam (dampak lingkungan) dan berpakaian tipis karena harus menyesuaikan diri dengan cuaca yang panas. Dan katak yang dapat menyesuaikan diri di darat maupun di laut.
Selain itu, ikan yang hidup pada air laut dan air tawar akan melakukan adaptasi pada tempat hidupnyaPada manusia, adaptasi fisiologi terjadi misalnya pada orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan mempunyai jumlah eritrosit yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di dataran rendah, hal ini brtujuan untuk mengatasi kekurangan jumlah oksigen yang berhasil masuk ke dalam tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi organisme di lingkungan air adalah kadar garam ( salinitas), suhu ( Temperatur), intensitas cahaya, arus air, kandungan oksigen terlarut ( Dissolve oxygen , dan BOD ( Biological Oxygen Demand ). Faktor yang mempengaruhi adaptasi organisme di lingkungan darat adalah persediaan air, suhu, kelembabab, keadaan tanah, cahaya dan cuaca/iklim
Pokok pembahasannya pembagian perilaku hewan pengenbangannya berdasarkan prinsip-prinsip fisiologis dan fungsinya (pendekatan evolusioner).  Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Tingbergen yaitu menempatkan kulit telur burung camar yang pecah dekat dengan telur-telur kamouflase tersebat tanpa pecahan kulit telur burung camar. Ia kemudian mengamati, telur-telur mana yang mudah ditemukan oleh camar. Karena camar-camar tersebut dapat mengidentifikasi atau mengenali warna putih pecahan telurnya sebagai petunjuk atau penanda, ternyata burung-burung camar tersebut lebih banyak memakan telur-telur ayam kamouplase yang dekat dengan pecahan kulit telur-telurnya yang asli. Dari peristiwa ini, Timbergen menarik kesimpulan bahwa pembuangan cangkang-cangkang telur oleh camar setelah menetas adalah perilaku adaptif. Hal ini dilakukan oleh camar untuk mengurangi usaha pemangsaan (predator) sehingga meningkatkan untuk tetap bertahan hidup (Sukarsono, 2009).

B.     Saran
Mungkin dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna masih banyak kesalahan, karena penulis hanyalah manusia tempat salah dan dosa. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah dikemudian hari.




DAFTAR PUSTAKA

Rusmendro,Husmar.2004. Struktur komunitas dan Regenerasi. Fakultas Biologi Universitas Nasional
Resosoedarmo,R.S., Kuswata K, Aprilani S.1984. Pengantar Ekologi. Bandung: CV. Remaja Karya.
Sukarsono 2009 Pengantar Ekologi Hewan UMM Pres: Malang
Susanto,Pudyo.2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Proyek pengembangan Guru

Tidak ada komentar: