Selasa, 23 April 2013

Keanekaragaman dan Klasifikasi Invertebrata


DIANA FATIHATUL ULUMI
K4310020
PENDIDIKAN BIOLOGI/ B


1.      Karakteristik filum Mollusca
a.       Merupakan hewan triploblastik selomata.
b.      Struktur tubuhnya simetri bilateral.
c.       Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf.
d.      Organ ekskresi berupa nefridia.
e.       Memiliki radula (lidah bergigi).
Yang terdiri dari deretan struktur kompak berasal dari protein dan khitin.
f.       Hidup secara heterotrof.
g.      Reproduksi secara seksual.
h.      Tubuh lunak tidak bersegmen-segmen.
i.        Keberadaan jaringan mantel (mantle tissues) dan ruang mantel (mantle cavity).
Pada kelas tertentu jaringan mantel berfungsi sekretif menghasilkan struktur protektif berupa cangkang baik internal maupun eksternal.
j.        Rongga mantel terdapat struktur pwrnafasan tipikal untuk Mollusca yang dikenal sebagai ctenidia.
k.      Mollusca dapat hidup di darat, air tawar atau asin.
l.        Pada permukaan epithelium dijumpai glandula mukosa dan ujung saraf sensori.
m.    Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
Ciri tubuh Mollusca, Molusca terdiri dari tiga bagian utama yaitu
1.      Kaki
Kaki merupakan perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak. Pada sebagian mollusca kaki telah termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
2.      Massa Viseral
Massa viseral adalah bagian tubuh yang lunak dari mollusca. Di dalam massa viseral terdapat organ-organ seperti organ pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Massa viseral dilindungi oleh mantel.
3.      Mantel
Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel membentuk suatu rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga mantel berisi cairan. Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang ekskresi dan anus.


2.      System pada filum Mollusca.
A.    System Saraf
Sitem syaraf Mollusca terdiri dari cincin syaraf. Sistem syaraf ini mengelilingi esofagus dengan serabut saraf yang menyebar. Indera sensoris juga sangat berkembang dan dilengkapi dengan dua stasista dan alat pembau.
Sistem saraf pusat Mollusca secara khas terdiri dari sebuah cincin saraf. Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion yaitu ganglion cerebral, ganglion visceral dan ganglion pedal yang ketiganya dihubungkan oleh tali-tali saraf longitudinal.. Mollusca memiliki sepasang atau lebih nephridia yang berperan memindahkan kelebihan air, ion-ion dan sisa metabolisme serta cairan coelom ke rongga mantel untuk disekresikan.
B.     System sirkulasi
System peredaran darah tertutup yaitu darah dapat mengangkut oksigen dan hasil metabolisme serta oksigen.
Sistem sirkulasi Mollusca terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Umumnya di dalam darah terdapat pigmen yang mengandung tembaga (hemocyanin) berfungsi mengangkut oksigen. Jantung terdapat di dalam pericardium.
C.     System Digesti
Sistem pencernaan mollusca sudah terbilang lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Mollusca juga memiliki lidah bergerigi yang berfungsi untuk melumatkan makanan. Lidah bergerigi itu disebut radula. Anusnya terbuka ke rongga mantelanus tersebut terletak di bagian anterior tubuh. Kelenjar pencernaan telah berkembang baik.
D.    System Reproduksi
Mollusca bereproduksi secara seksual, pada umumnya organ reproduksi jantan dan betina terpisah pada individu lain (gonokoris). Namun, meski begitu jenis Mollusca tertentu ada yang bersifat Hermafrodit. Fertilisasi dilakukan secara internal ataupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan pada akhirnya akan menjadi mollusca dewasa. Moluska ada yang bersifat diesis dan ada pula yang monoensis.


3.      Tahap perkembangan larva pada Mollusca.
Daur Hidup Siput dibagi menjadi 4 tahap, sebagai berikut
a.       Masa Bertelur
Siput jantan dan betina yang sudah dewasa dan kelaminnya akan saling mencari, dan ketika akan ketemu maka akan terjadi perkawinan. Siput jantan akan membuahi sel-sel telur yang tedapat didalam tubuh induk betina. Kemudian induk betina akan bertelur dan menepatkannya di tepi kolam, tonggak kayu, daun-daunan, atau tempat lainnya.
Telur-telurnya yang berwarna merah muda seperti buah murbei, dan menggumpal. Ketika di keluarkan telur-telur tersebut masih lunak dan bersaput lendir tetapi dalam beberapa waktu kemudian telur-telur tersebut mongering dan mengeras . setelah mengeras, telur-telur tersebut merekat erat pada substratnya.
Telur akan menetas dalam jangka waktu satu hingga dua minggu sejak di keluarkan. Ketika menetas anak-anak siput yang masih kecil akan langsung jatuh ke dalam air, pada fase ini sebenarnya kondisi siput dalam keadaan lemah. Selai belum bisa mencari makanan, meraka juga belum dapat berpindah tempat sendiri dan juga sangat mudah untuk di mangsa oleh binatang yang lain. Meskipun secara fisik belum bisa berpindah tempat sendiri tapi fase itulah siput bisa menyebar ke berbagai wilayah dengan cepat dalam jumlah yang banyak.
b.      Masa Pertumbuhan Awal.
Setelah menetas siput-siput muda akan menyebar terbawa oleh air atau berjalan sendiri. Masa ini adalah masa yang paling sulit untuk mengendalikannya. Meskipun kehadirannya di sawah belum begitu membahayakan, namun wujudnya yang kecil dan sulit di temukan akan menimbulkan bahaya yang besar ketika mereka sudah beranjak dewasa.
Pengendalian pada masa pertumbuhan awal biasanya hanya akan efektif dengan menggunakan bahan kimia karena dengan cara mekanis terlalu sulit. Tetapi bisa di pasang saringan pada pintu pemasukan untuk menghambat laju penyebarannya. Masa pertumbuhan awal pada umumnya berkisar antara 15-25 hari.
c.       Masa Pertumbuhan Lanjut.
Masa petumbuhan laju adalah masa tahap berikutnya, yaitu proses pertumbuhan siput dari muda manjadi dewasa. Pada fase ini serangan siput di sawah sudah cukup meresahkan, kerana selain sangat rakus, dalam waktu yang tidak begitu lama mereka akan melakukan perkawinan.
Pengendalian siput pada masa pertumbuhan lanjut biasanya cukup efektif dengan menggunakan jebakan, atau secara mekanis. Persemian yang dipagar dengan plastic juga mampu menahan mereka untuk tidak mnyusup ke areal pertanian. Pada umumnya masa pertumbuhan lanjut berlangsung dalam waktu 26-59 hari.
d.      Cara Penyebaran Siput
Setelah mengetahui siklus hidup siput secar lengkap, hal lain yang perlu diketahui adalah cara penyebaran mereka. Adapun cara penyebaran siput antara lain adalah
I.       Berjalan.
Cara umum yang dilakukan siput untuk berpindah dari satu tempat ke tampat yang lainnya adalah dengan cara berjalan, pada umumnya mereka bergerak aktif pada malam hari. Dengan gerakannya yang lambat, memang siput ini tidak akan jauh berpindah tempat.
II.    Mengikuti Aliran Air
Cara bergerak siput yang paling menghawatirkan adalah dengan mengikuti aliran air. Dengan cara ini siput akan lebih cepat menyebar karena didorong oleh arus air yang kuat.
Lingkungan Hidup Yang Disukai Siput
Siput menyukai lingkungan yang jernih, mereka bisa hidup pada kisaran suhu air antara 10o-35o C. ini berarti siput sangat potensial menyerang persawahan baik yang barada di daerah pegunungan maupun pantai. Oleh karena itu, jenis siput dengan mudah dapat berkembang biak disawah, waduk, rawa, dan genagan air lainnya.

                                                                             
4.      Tahap perkembangan cangkang pada Mollusca.
Cangkang pada gastropoda dihasilkan oleh jaringan yang dikenal sebagai jaringan mantel (mantle) pada bagian tubuh lunaknya.
Cangkang Gastropoda terdiri atas tiga lapis, yaitu urut dair luar ke dalam sebagai berikut
a.       Periostrakum
Merupakan lapisan tipis dan gelap yang tersusun atas zat tanduk yang dihasilkan oleh tepi mantel sehingga sering disebut lapisan tanduk, fungsinya untuk melindungi lapisan yang ada di sebelah dalamnya dan lapisan ini berguna untuk melindungi cangkang dari asam karbonat dalam air serta memberi warna cangkang..
b.      Prismatic
Merupakan lapisan tengah yang tibis dan terdiri atas kristal-kristal kalsium karbonat berbentuk prisma berasal dari materi organik yag dihasilkan oleh tepi mantel.
c.       Nakreas
Merupakan lapisan terdalam yang tersusun atas kristal-kristal halus kalsium karbonat merupakan lapisan mutiara yang dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel. Di lapisan ini, materi organik yang ada lebih banyak daripada di lapisan prismatic. Lapisan ini tampak berkilauan dan banyak terdapat pada tiram atau kerang mutiara. Jika terkena sinar, mampu mamancarkan keragaman warna. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan mutiara.
Cangkang tersebut bersifat memilin ke kanan (dexter) atau ke kiri (sinister). Masing-masing bagian cangkang tersebut mempunyai morfologi yang bervariasi pada tingkat jenis dan kategorinya sehingga dapat dipergunakab sebagai karate untuk mengidentifikasi Gastropoda. Pada katagori Famili misalnya, bentuk morfologi cangkang dapat dipergunakan untuk melakukan identifikasi gastropoda menuju familia tertentu.


5.      Mekanisme terbentuknya mutiara.
Jika ada benda asing yang ada diluar tubuh, seperti butiran pasir atau suatu parasit, yang secara tak sengaja masuk ke dalam cangkang maka akan disimpan dalam suatu kantung kecil dalam mantel. Dimantel banyak disekresikan nacreas oleh lapisan epitelium kantung tersebut. Sedikit demi sedikit nacreas melapisi partikel /benda asing tersebut. Dalam waktu 4 tahun partikel dan lapisan nacreas itu telah menjadi mutiara.
Secara teoritis, Elisabeth Strack (buku Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel mollusca.
b.      Teory irritant
Teori ini menyatakan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah epitihelium masuk ke dalam rongga mantel.
Teory irritant juga mengungkapkan bahwa mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati mollusca pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara.
c.       Teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel.
Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tidak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.
Dari kedua teori tersebut dapat diambil kesimpulan, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan atau mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang.

Tidak ada komentar: