ANATOMI ALAT
PENGLIHATAN
1. Menggambarkan
dan menyebutkan bagian-bagian mata.
2. Menyebutkan
organ-organ yang berperan dalam fungsi mata sebagai alat penglihatan.
3. Menjelaskan
mekanisme kerja mata sebagai alat penglihatan.
Mata terdiri dari otot mata, bola
mata dan saraf mata serta alat tambahan mata yaitu alis, kelopak mata, dan bulu
mata. Alat tambahan mata ini berfungsi melindungi mata dari gangguan
lingkungan. Alis mata berfungsi untuk melindungi mata dari keringat, kelopak
mata melindungi mata dari benturan dan bulu mata melindungi mata dari cahaya
yang kuat, debu dan kotoran.
1.
Konjungtiva Adalah membran tipis pelindung
(lapisan jaringan) pada mata, berfungsi sebagai membran pelindung pada mata.
Retina
adalah lapisan terdalam dari dinding bola mata, mengandung sel-sel reseptor yang
peka terhadap cahaya. Fungsi retina adalah menerima bayangan visual yang
dikirim ke otak.
Lapisan
jaringan saraf pada retina mengandung tiga daerah neuron yaitu:
1)
Neuron Fotoreseptor
2)
Neuron Bipolar
3)
Neuron Ganglion
Neuron fotoreseptor berfungsi untuk
menerima stimulus cahaya. Neuron fotoreseptor dapat dibedakan menjadi rods
(sel batang) dan cones (sel kerucut). Sel batang mengandung pigmen rodospin
yang dikhususkan untuk penglihatan hitam-putih dalam cahaya redup, serta untuk
membedakan gelap dan terang serta tidak dapat menghasilkan yang berwarna.
Sedangkan sel kerucut mengandung pigmen iodopsin, yang dikhususkan untuk
melihat benda berwarna dan dapat menghasilkan bayangan yang tajam dalam cahaya
terang
2.
Pupil
berupa celah yang berbentuk
lingkaran terdapat ditengah-tengah iris. Pupil berfungsi sebagai tempat untuk
mengatur banyak sedikitnya cahaya yangmasuk kedalam mata.
3.
Selaput
Bening(Kornea)
sangat penting bagi ketajaman penglihatan kita. Fungsi utama selaput bening
(kornea) adalah meneruskan cahaya yang masuk kemata. Cahaya tesebut diteruskan
kebagian mata yang lebih dalam dan berakhir pada selaput jala atau retina maka
selaput bening (kornea) mempunyai beberapa sifat, yaitu tidak berwarna(bening)
dan tidak mempunyai pembuluh darah. Kornea merupakan bagian mata yang dapat
disumbangkan untuk penyembuhan orang dari kebutaan. Selaput being(kornea) brupa
Piringan Transparan di depan bola mata dan tidak berpembuluh darah. Selaput
Bening(kornea) juga berfungsi sebagai pelindung mata bagian dalam.
4.
Sklera
atau selaput putih
terletak di lapisan luat. SkleraLapisan luar yang keras / keras. Lapisan ini
berwarna putih, kecuali dibagian depan yaitu tidak berwarna atau bening.
Lapisan Sklera berwarna putih terdiri atas serabut kolagen yang tidak teratur
dan tidak berpembuluh darah, kecuali bagian episklera. Lapisan sklera berfungsi
melindungi bola mata. Sklera bagian mata depan tampak bergelembung dan transparan
disebut kornea.
5.
Koroid
selaput yg banyak mengandung
pembuluh darah pd mata. Lapisan koroid atau lapisan tengah terletak diantara
sklera dan retina, berwarna cokelat kehitaman sampai hitam. Lapisan
tengah(lapisan koroid) berfungsi memberi nutrisi pada retina luar. sedang warna
gelap koroid berfungsi untuk mencegah pemantulan sinar. Lapisan yang amat gelap
juga berfungsi mencegah berkas cahaya dipantulkan di sekeliling mata.
6.
Iris adalah berwarna, membran membentuk
cairan ( bundar ) mengandung dilator involunter dan otot – otot spingter yang
mengatur ukuran pupil. Pupil adalah ruangan ditengah – tengah iris, ukuran
pupil bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek (
akomodasi ) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang
atau untuk penglihatan dekat. Fungsi iris: memberi pigmen/warna pada mata
7.
Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung )
bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan posterior.
Lensa tersusun dari sel – sel epitel yang dibungkus oleh membrab elastis,
ketebalannya dapat berubah – ubah menjadi lensa cembung bila refraksi lebih
besar. Fungsi lensa: memfokuskan cahaya agar jatuh tepat di retina
8.
Kornea
: struktur transparan yang menyerupai
kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik
anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Fungsi kornea: menangkap cahaya
yang masuk ke mata
9.
Retina
: lapisan jaringan peka cahaya yang
terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil
melalui saraf optikus ke otak. Fungsi retina: tempat jatuhnya bayangan
sehingga dapat melihat
10.
Bintik
buta merupakan bagian pada retina yang
tidak peka terhadap cahaya, sehingga bayangan jika jatuh di bagian ini tidak
jelas/kelihatan, sebaliknya pada retina terdapat bintik kuning. Permukaan
retina terdiri dari berjuta-juta sel sensitif, ada yang berbentuk sel batang
berfungsi membedakan kesan hitam/putih dan yang berbentuk sel kerucut berfungsi
membedakan kesan berwarna.
11.
Fovea adalah bagian retina yang kita
gunakan untuk melihat objek yang ingin dilihat secara jelas visusnya paling
besar pada fovea, bagian yang sangat peka terhadap cahaya pada retina.
Apabila ada rangsang cahaya masuk ke
mata maka rangsang tersebut akan diteruskan mulai dari kornea, aqueous humor,
pupil, lensa, vitreous humor dan terakhir retina. Kemudian akan diteruskan ke
bagian saraf penglihat atau saraf optik yang berlanjut dengan lobus osipital
sebagai pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus osipital kanan akan
menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital kiri akan
menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah
kemudian diinterpretasikan. Sehingga apabila seseorang mengalami kecelakaan dan
mengalami kerusakan lobus osipital ini maka dia akan mengalami buta permanen,
walaupun bola matanya sehat.
Pembiasan cahaya dari suatu benda
akan membentuk bayangan benda jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik
kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai
sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik
meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan
suatu benda akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut
jatuh di bagian bintik buta pada retina.
UJI
KETAJAMAN PENGLIHATAN (VISUS)
1. Mengukur
visus (ketajaman penglihatan) seseorang dengan banar
2. Menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi visus
Visus adalah
ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana
tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari
interpretasi di otak. Pratikum mengenai visus (ketajaman penglihatan) dilakukan
dengan menggunakan alat Optotype
Snellen, yaitu sebuah ukuran
kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam
dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandarisasi serta ukuran
dari simbol yang bervariasi.
Berkas cahaya sejajar yang jatuh ke
suatu lensa bikonveks akan mengalami pembiasaan suatu titik (fokus prinsipal)
di belakang warna fokus prinsipal terletak di sebuah garis yang berjalan
melintasi pusat lengkungan lensa, sumbu prinsipal. Jarak antara lensa dan fokus
prinsipal disebut jarak fokus prinsipal. Berkas cahaya yang jatuh di lensa dari suatu
benda dengan jarak lebih dekat dari 20ft akan mengalami sejajar. Berkas cahaya
dari suatu benda yang terletak lebih dekat dari 20 ft akan mengalami divergensi
sehingga jatuh ke fokus yang lebih ke belakang di sumbu prinsipal daripada
fokus prinsipal.
Apabila otot siliaris berada dalam
keadaan istirahat maka berkas cahaya paraleel yang jatuh di mata yang secara
optis normal akan difokuskan di retina. Selama relaksasi ini dipertahankan,
maka berkas cahaya dari benda yng kurang dari 6 m dari pengamat akan berfokus
di belakang retina dan akibatnya benda tersebut tampak kabur. Masalah yang
timbul membawa berkas divergen dari benda dekat ke suatu fokus di retina dapat
di atasi dengan meningkatkan jarak antara lensa dan retina atau dengan
meningkatkan kelengkungan (akomodasi).
Ketajaman penglihatan normal adalah
20/20 atau 6/6 pada jarak sekitar 6 m. Kata lain pembentukan bayangan pada
retina OP dalam pemfokusan cahaya sedikit mengalami gangguan. Gangguan
yang dialami OP terjadi pada proses konvergensi bola mata. Jika pada mata
normal, kemampuan memfokuskan kedua bola mata pada dua objek yang berbeda dapat
dilakukan secara bersamaan pada satu benda, maka pada OP Riski dan Anis kemampuan
memfokuskan kedua bola mata tidak dapat dilakukan dengan baik, karena tidak
mampu mngearahkan cahaya dari suatu benda agar jatuh pada titik sesuai pada
retina kedua mata.
Pada pengamatan dengan menggunakan satu
mata tertutup dihasilkan ketajaman penglihatan hampir semua OP menjadi semakin
berkurang atau menurun, sedangkan ketajaman penglihatan OP Riski dan Anis
tetap. Visus (ketajaman penglihatan) sangat dipengaruhi oleh sifat pisis mata, oberasi (kegagalan sinar
untuk berkonvergensi atau bertemu di 1 titik focus setelah melalui suatu system
optic), besarnya pupil, komposisi cahaya, mekanisme akomodasi, elastisitas otot, warna yang kontras, besar kecilnya
stimulus, durasi, intensitas cahaya, serta faktor retina (semakin kecil dan
rapat sel kerucut). Untuk dapat melihat benda, stimulus (cahaya) harus jatuh di reseptor
dalam retina yang selanjutnya diteruskan ke pusat penglihatan (fovea sentralis)
dan diperlukan ketajaman penglihatan. Bila kita melihat satu benda dengan kedua
belah mata maka benda tersebut dapat terlihat dengan baik karena jatuh di titik
identik, tetapi bila bola mata diganggu yaitu dengan menutup satu mata maka
akan terlihat benda rangkap (diplopia) karena tidak jatuh di titik identik.
Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata
harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam
makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut
sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman
dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi
fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi.
Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing
unsur. Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah
bidang imajiner yang disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan
struktur-struktur yang berada dalam visual aksis (serta jaringan yang terkait
di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk.
Dengan kartu snellen dapat ditentukan tajam
penglihatan atau kemampuan melihat
seseorang, seperti :
- Bila tajam
penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6
meter.
- Bila pasien
membaca hanya sebatas huruf baris yang menunjukkan angka 30, tajam
penglihtan pasien adalah 6/30.
- Bila tajam
penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang
pada orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter.
- Bila pasien
tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka dilakukan uji
hitung
jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal
pada jarak 60 meter.
- Bila pasien
hanya dapat melihat jari pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan
adalah 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan
hanya dapat dinilai sampai 1/60, yaitu
menghitung jari pada jarak 1 meter.
- Dengan uji
lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien lebih buruk
dari 1/60. orang normal dapat melihat lambaian tangan
pada jarak 300 meter. Bila pasien
hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1
meter, berarti tajam penglihatan 1/300.
- Kadang-kadang
mata hanya dapat melihat sinar. Keadaan ini disebut sebagai tajam
penglihatan 1/~.
- Bila
penglihatan sama sekali tidak mengenal sinar maka penglihatan adalah 0 (buta
total).
Gita N. 2000. Pengaruh Pemakaian Kacamata
Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada Pekerja Las Terhadap Ketajaman
Penglihatan Pada pekerja Las Karbit di Wilayah Pinggir Jalan Goa Jatijajar
Kebumen. Purwokerto: Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal
Soederman Fakultas Kedokteran dan Ilmi-ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan
Masyarakat.
Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC
Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan
Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Lumbantobing, S. M. Saraf Otak.
Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530
UJI ASTIGMATISMA
1. Menguji
adanya kelainan astigmatisma pada seseorang.
2. Menjelaskan sebab-sebab terjadinya
astigmatisma.
Astigmatisme juga sering disebabkan
oleh adanya selaput bening yang tidak teratur dan lengkung kornea yang terlalu
besar pada salah satu bidangnya. Permukaan lensa yang berbentuk bulat telur
pada sisi datangnya cahaya, merupakan contoh dari lensa astigmatis.
Adapaun bentuk-bentuk astigmat adalah sebagai berikut:
1.Astigmat Reguler yaitu astigmat yang memperlihatkan
kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur
dari satu meridian meridian berikutnya.
2. Astigmat
ireguler : astigmat yang terjadi tidak mempunyai dua meridian yang saling
tegak lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada
meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Astigmatisma
ireguler terjadi akibat infeksi kornea,trauma dan distrofi atau akibat selaput
bening.
3. Patofisiologi
Mata seseorang
secara alami berbentuk bulat. Dalam keadaan normal, ketika cahaya memasuki
mata, itu dibiaskan merata, menciptakan pandangan yang jelas objek.
Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.
UJI REFLEK GERAK PUPIL
1. Menguji
terjadinya reflek-reflek pada pupil mata seseorang.
2. Menyebutkan
macam-macam reflek pupil mata.
3. Menjelaskan
mekanisme terjadinya reflek-reflek pupil mata.
Otot apa saja yang bersangkutan
dengan reflex pupil ?
Muscllus aillator pupilae yaitu
mengatur lebarnya pupil geraknya disebut indriasi. Dan muscllus spinter
papillae yaitu mengatur mengecilnya pupil, gerakkan mengecilnya dari otot yang
melingkarinya.
Prosesnya bisa terjadi reflex
konsensual ?
Respon cahaya konsensual Jika pada
pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan
ukuran yang sama. Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks
menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea
konsensual ini sama dengan refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat
lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen)
ANATOMI ALAT
PENDENGARAN (TELINGA)
1. Menggambarkan
dan menyebutkan bagian-bagian alat pendengaran
2. Menjelaskan
fungsi alat pendengaran dengan benar
Indra
pendengar adalah telinga yang terdiri dari :
1) Telinga bagian luar yaitu daun
telinga, lubang telinga dan liang pendengaran
2) Telinga bagian tengah terdiri dari
gendang telinga, 3 tulang pendengar ( martil, landasan dan sanggurdi) dan saluran
eustachius.
3) Telinga bagian dalam terdiri dari alat
keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar
dan rumah siput (koklea)
Fungsi bagian-bagian indra pendengar
:
a. Daun telinga, lubang telinga dan
liang pendengaran berfungsi menangkap dan mengumpulkan gelombang bunyi.
b. Gendang telinga berfungsi menerima
rangsang bunyi dan meneruskannya ke bagian yang lebih dalam.
c. Tiga tulang pendengaran ( tulang
martil, landasan dan sanggurdi) berfungsi memperkuat getaran dan meneruskannya
ke koklea atau rumah siput.
d. Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga
saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah siput) berfungsi mengubah impuls
dan diteruskan ke otak. Tga saluran setengah lingkaran juga berfungsi menjaga
keseimbangan tubuh.
e. Saluran eustachius menghubungkan
rongga mulut dengan telinga bagian luar.
UJI PENDENGARAN
1. Menguji
seseorang mengalami gangguan kurang pendengaran atau tidak
2. Menjelaskan
sebab-sebab terjadinya gangguan pendengaran
Mendengar adalah kemampuan
untuk mendeteksi vibrasi mekanis(getaran) yang kita sebut suara.
Dalam keadaan biasa, getaran mencapai indera pendengar, yaitu telinga, melalui
udara (Pratiwi et al., 2006).Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi
suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari
daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul udara yang
berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan
molekul tersebut (Ebennezer dkk,
2008).
Fungsi sistem auditori adalah
mempersepsi bunyi atau persepsi tentang objek dan kejadian-kejadian melalui
bunyi yang timbul. Bunyi adalah vibrasi molekul-molekul udara yang menstimulasi
sistem auditori. Manusia hanya mendengar vibrasi molekuler antara sekitar 20
sampai 20.000 hertz (Pinel, 2009).
Gangguan
pendengaran merupakan ketidakmampuan secara parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Gangguan
pendengaran dapat disebabkan rusaknya salah satu atau beberapa bagian dari
telinga luar, tengah atau dalam. Gangguan pendengaran harus didiagnosis oleh
ahli audiologi atau spesialis THT. Audiologi memiliki makna serupa dengan
otologi, yakni pengetahuan tentang penyakit telinga. Untuk menentukan tipe dan
tingkat kerusakannya, ahli audiologi atau spesialis THT akan menguji pendengaran
pasien tersebut. Catatan mengenai ketajaman pendengaran terhadap berbagai nada
(dinyatakan dalam bentuk grafik garis) akan tergambar pada sebuah audiogram.
Beberapa Penyebab Gangguan Pendengaran di ....
...telinga luar Masalah yang khas
adalah penumpukan serumen (earwax) yang berlebihan dan infeksi yang terjadi di
liang telinga.
...telinga tengah Perforasi atau
berlubangnya gendang telinga, infeksi dan otosclerosis (pertumbuhan tulang di
sekitar stapes sehingga mengakibatkan pergerakannya terbatas) merupakan kasus
yang paling sering. Sebagian besar kasus gangguan pada telinga luar dan tengah
dapat diatasi dengan tindakan medis atau operasi. Namun jika tidak dapat
ditangani Alat Bantu Dengar tetap dapat digunakan untuk dapat membantu masalah
gangguan pendengaran.
...telinga dalam. Paling banyak masalah
pendengaran disebabkan oleh rusaknya struktur telinga dalam. Kasus yang khas
adalah penurunan pendengaran sesuai dengan usia, terpapar bising, penggunaan
obat-obatan yang meracuni telinga. Kasus - kasus ini akan merusak sel rambut
yang ada di cochlea, sehingga akan menganggu perjalanan bunyi ke otak.
Kerusakan di daerah ini tidak dapat diobati. Namun dengan fitting Alat Bantu
Dengar yang baik dapat membantu mengatasi masalah ini.
Tinnitus adalah
perasaan mendengar bunyi atau suara lain di kepala. Dapat disertai dengan
gangguan pendengaran. Penyebab tinnitus sangat bervariasi seperti pada gangguan
pendengaran, pada beberapa kasus mungkin sulit diketahui penyebabnya.
Faktor penyebab terjadinya gangguan pendengaran, antara
lain:
a. Faktor genetik
b. Faktor didapat, misalnya akibat
terjadi infeksi, neonatal hiperbilirubinemia (terjadi pada bayi yang baru
lahir), masalah perinatal (prematuritas, anoksia berat), konsumsi obat
ototoksik (beberapa golongan antibiotika), terjadi trauma (fraktur tulang
temporal, pendarahan pada telinga tengah atau koklea, dislokasi osikular, dan
trauma suara), dan neoplasma (misalnya, tumor pada telinga tengah).
Empat tipe gangguan pendengaran, yakni:
a. Gangguan pendengaran sensorineural
merupakan jenis gangguan pendengaran yang disebabkan oleh hilangnya atau
rusaknya sel saraf (sel rambut) di dalam koklea atau rumah siput dan biasanya
bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensorineural disebut juga tuli saraf.
Untuk gangguan pendengaran ringan hingga berat dapat diatasi dengan alat bantu
dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan, untuk gangguan pendengaran berat
atau parah sering dapat diatasi dengan implan rumah siput.
b. Gangguan pendengaran konduktif, yang
menunjukkan adanya masalah di telinga luar atau tengah yang menyebabkan tidak
terhantarnya bunyi dengan tepat ke telinga dalam. Dalam beberapa kejadian,
gangguan pendengaran jenis ini biasanya bersifat sementara. Pengobatan atau
bedah, alat bantu dengar maupun implan telinga tengah dapat membantu mengatasi
gangguan pendengaran jenis ini tergantung pada penyebab khusus masalah
pendengaran tersebut.
c. Gangguan pendengaran campuran, yang
merupakan gabungan pendengaran sensorineural dan konduktif. Pilihan penanganan
untuk mengatasi gangguan pendengaran jenis ini dapat dengan melakukan
pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan pendengaran telinga tengah.
d. Gangguan pendengaran saraf merupakan
gangguan pendengaran yang diakibatkan tidak adanya atau rusaknya saraf
pendengaran. Hal tersebut dapat terjadi jika saraf auditori tidak dapat
mengirim sinyal ke otak. Gangguan pendengaran jenis ini biasanya parah dan
permanen. Dalam banyak kejadian, implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat
menjadi pilihan.
Mekanisme Pendengaran Pada Telinga
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam
telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh
ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval
diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan
tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam
saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di
dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan
menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan
melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan
menggetarkan selaput-selaput
Basiler, yang akan menggerakkan
sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran
tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan
membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan
impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf
pendengaran.
Susunan dan Cara Kerja Alat Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau
alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah lingkaran yang dilengkapi dengan
organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan
sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah
lingkaran membesar dan disebutampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya
berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus
berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula
terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung
gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula.Saluran semisirkular
(saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus
dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas
yang melekat padaotolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala
mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang akan
dikirim ke otak.
Kelainan pada telinga, diantaranya :
1. Radang telinga (otitas media). Penyakit
ini disebabkan karena virus atau bakteri.
2. Labirintitis merupakan gangguan pada
labirin dalam telinga. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi, gegar otak, dan
alergi.
3. Motion sickness , Mabuk perjalanan
Penyebabnya adalah rangsangan yang terus menerus oleh gerakan atau
getaran-getaran yang terjadi selama perjalanan, baik darat, laut maupun udara.
4. Tuli
Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar. Tuli dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf.
Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar. Tuli dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf.
5. Othematoma sebutan ‘telinga bunga
kol’, suatu kondisi terjadi gangguan pada tulang rawan telinga yang dibarengi dengan
pendarahan internal serta pertumbuhan jaringan telinga yang berlebihan
(sehingga telinga tampak berumbai laksana bunga kol).
6. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara.
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara.
7. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul dengan sengaja.
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul dengan sengaja.
Pendengaran
merupakan alat mekanoreseptif karena telinga memberikan respon
terhadap getaran mekanik dari gelombang suara yang terdapat di udara. Proses
mendengar di timbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang
suara yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak
melalui telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan membran timpani
bergetar. Getaran-getaran tersebut diteruskan menuju inkus dan stapes melalui maleus yang
terikat pada membran itu. Karena getaran yang timbul pada setiap tulang itu
sendiri, maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra
vestibuler menuju perilimfe (Ismilana, 2011).
Pada
percobaan ini menggunakan garpu tala sebagai alat untuk membuktikan bahwa
transmisi melalui udara lebih baik daripada melalui tulang. Semakin berat garpu
tala akan semakin jelas terdengar bunyinya. Penghantaran lewat udara lebih baik
daripada lewat tulang. Penghantaran lewat udara dinamakan aerotymponal sedangkan
penghantaran lewat tulang dinamakan craniotymponal (Ricky,
2010)
Pada
percobaan Rine dan Weber membuktikan bahwa saat garpu tala yang bergetar
ditempelkan di ubun-ubun kepala dan atau di tulang belakang telinga, kemudian
setelah gtaran itu menghilang garpu tala di dekatkan pada lubang telinga
mendapat respon positif dari subjek, yaitu ia dapat mendengar dengungan suara.
Hal itu sesuai dengan dasar teori yang menyatakan bahwa perambatan suara yang
paling baik adalah melalui udara. Namun, selain melalui udara, nada dapat
terdengar melalui perambatan tulang. Pada percobaan ini melalui tulang
tekngkorak.
Percobaan Rine
Percobaan ini menunjukkan bahwa hantaran nada dengan melalui tulang tidak
sebaik hantaran melalui udara. Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui
udara dan hantaran melalui tulang pada
telinga yang diperiksa.
Percobaan Weber
Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga
kanan. Dengan demikian terdengar seakan-akan nada datang dari arah di mana
lubang telinga di tutup (lateralisasi).
Pada percobaan ketajaman
pendengaran, subjek dapat mendengar dengan jarak yang lebih jauh ketika suasana
ruang percobaan tenang. Ketajaman pendengaran dipengaruhi oleh beberapa hal,
oleh kebisingan ruangan dan beberapa intensitas bunyi yang terdengar. Area yang
membatasi korteks auditori utama berfungsi untuk menganalisis makna suara.
Manusia melokalisasi suara berfrekuensi rendah memanfaatkan perbedaan fase,
sementara untuk suara berfrekuensi tinggi manusia memanfaatkan perbedaan
kenyaringan. Penanda lokasi suara dapat di tentukan dari perbedaan intensitas
suara, perbedaan waktu kedatangan suara dan perbedaan fase.
ANATOMI DAN FUNGSI ALAT
PENGECAPAN
1. Menggambarkan
dan menyebutkan bagian-bagian alat pengencapan
2. Menjelaskan
fungsi bagian-bagian alat pengecapan
3. Menguji
fungsi alat pengecapan
Lidah
mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah
merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan
lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap
berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang
mempunyai tonjolan seperti rambut.
Permukaan atas
lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam bentuk,yaitu bentuk benang,bentuk dataran yang dikelilingi
parit-parit,dan bentuk jamur. Tunas
pengecap terdapat pada paritparit papila bentuk dataran, di bagian samping dari
papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang.
Lidah
mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah
merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan
lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap
berupa tunas pengecap. Reseptor untuk pengecap di sebut reseptor system
gustatoty. Reseptor perasa disebut taste buds, yang terletak disekitar kuncup
pengecap yang disebut papillae. Taste buds bersifat untuk mendeteksi segala
macam rasa asam, manis, pahit dan lain sebagainya. Untuk menghindari kerusakan
disyaraf pengecap dianjurkan tidak makan makanan yang terlalu panas.
Daftar Pustaka :
Sacharin, R.M. (1986) Principles
of Paediatric Nursing. London:Churchill Livingstone
Ganong WF. 2006. Review of
medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies
Guyton AC, Hall JE. 2006.
Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.
Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human
anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc
Sherwood, Lauralee. 1996.
Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
Soepardi EA, Iskandar
N, dkk. 2010. Gangguan
Pendengaran dan Kelainan Telinga.
Dalam: Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6.
Jakarta: FKUI. ; hal. 17-8
INDERA PEMBAU
Fungsi bagian-bagian indra pembau :
a. Lubang hidung berfungsi untuk keluar
masuknya udara
b. Rambut hidung berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk ketika bernapas
c. Selaput lendir berfungsi tempat
menempelnya kotoran dan sebagai indra pembau
d. Serabut saraf berfungsi mendeteksi
zat kimia yang ada dalam udara pernapasan
e. Saraf pembau berfungsi mengirimkan
bau-bauan yang ke otak.
Junquiera,
L.C. dan Carneiro. J. 1980. Basic Histology.
Alih
bahasa: Histologi dasar, oleh adji Dharma.1982. Jakarta: EGC.
Soewolo,
dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: JICA.
Tenzer,
A. 1998. Struktur Hewan Bagian II. Malang: IKIP Malang.
UJI PENGECAP
Rasa klasik yang dapat dirasakan manusia
(manis, asin, asam, pahit dan umami) ternyata melakukan mekanisme transduksi
yang berbeda-beda dan terjadi di sel reseptor yang berbeda pula. 2 dari
mekanisme ini merupakan ionotrophic (rasa asin dan asam) dan sisanya (rasa
manis, umami dan pahit) merupakan metabrotropic
Tranduksi Rasa Manis
Rasa manis
dimulai dengn melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat
pada sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G) akan
teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini
akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP. Terjadinya peningkatan camp akan
mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat
ion K dapat keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap.
Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya neotransmiter ke sinaps dan selanjutnya
akan diteruskan ke otak.
Tranduksi Rasa Asin
Rasa asin
disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya saluran
keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls bisa diterima
oleh otak.
Tranduksi Rasa Pahit
Transduksi
pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ini akan mengakibatkan teraktivasinya protein G
lainnya yang kemudian akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Enzim ini akan
membuat IP3 yang merupan senyawa yang larut daam sitoplasma yang terdapat dalam
RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan membuat terbukanya ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju
Sitoplasma. Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan terjadi
sinaps.
Tranduksi Rasa Asam
Tidak sepeti
rasa manis dan pahit, ras asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion H. Membran
sanyat permeable terhadap proton ini.
Masuknya proton akan membuat depolarisasi akibatnya neotransmiter dilepaskan ke
sinaps.
Jelaskan
mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat merasakan
rasa manis,
asam, dan lainnya sebagainya !
Jawab:
Setiap
kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel
penunjang, pada
sel pengecap
terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat
kimia dari
makanan yang kita makan, mencapai kuncup
pengecap melalui lubang-lubang
pengecap
(taste pores). Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu
manis,
masam, asin dan pahit melalui mekanisme transduksi.
Transduksi
tersebut akan menimbulkan sinyal elektrik atau sinaps pada sel pengecap. Sinyal
elektrik
sensasi rasa tersebut aka ndisalurkan melalui 3 pathway (Boroditsky, 1999) :
1. Saraf chorda tympani (cabang N.VII) dari
lidah bagian depan dan samping
2. Saraf glosso-pharyngeal (N.IX) dari lidah
bagian pangkal
3. Saraf vagus (N.X) dari mulut dan laring
Ketiga saraf
tersebut membentuk koneksi ke batang otak pada bagian NST (nucleus of solitary
tract) di medulla oblongata sebelum mencapai thalamus dan akhirnya akan
disalurkan ke daerah insula dan korteks operkulum frontal di bagian lobus frontal otak (korteks sensoris primer)
UJI PENBAU
Indra pembau
berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air. Reseptor
pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut
epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan
sel-sel penyokong. Sel resptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai
filamen-filamen seperti rambut pada permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius
berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat.
Reseptor
Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul larutan dalam
cairan hidung. Sensasi wangi/ bau
terjadi karena adanya interaksi zat
dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik.
Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor
teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan
teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan
cAMP. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan
suatu
mekanisme transfer ion, sehingga
akhirnya dapat dikirim informasi mengenai “wangi/bau”
molekul ke
otak berupa sinyal listrik.
Jelaskan
mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat mencium
bau!
Jawab:
Reseptor
Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul–molekul larutan dalam cairan hidung. Reseptor pembau merupakan
reseptor jauh (tele reseptor) karena lintasan pembauan tidak memiliki hubungan
dalam thalamus dan tidak terdapat di daerah proyeksi pada
neocortex
penciuman (Ganong, 1979).
Membrana
offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di bagian medical ia melipat
keatas concana superior dan bahkan ada yang berada di concha media. Organon
olfacus terdapat di dataran medical concha nasalis superior dan pada dataran
septumasi yang berhadapan dengan concha masalis superior. Saat seseorang
menarik nafas maka sesi bili rasa pembaunya akan lebih kuat karena letak
organon olfacus disebelah atasnya. Sensai pembauan tergantung pada konsentrasi
penguapan, misalnya skatol (bau busuk pada facces) karena konsentrasinya pekat
maka baunya busuk (Guyton, 1983).
Impuls–impuls
bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang–cabang
dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral
meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan
berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di uncus. Neurit – beurit sel mitral
mempunyai cabang – cabang yang menuju ke sel granula akan mengadakan sinaps di
sinopsis axomatis. Sebagian dari neurit
– neurit sel mitral berjalan dalam stria lateralis dan berakhir dalam
uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis dan
berakhir di dalam area septialis ( Radiopoetro, 1986), (Ganong, 1979)
Drs. H.
Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Ganong,F.William.
2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC
Lumbantobing,
S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta
: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530
Radiopoetro,
R. 1986. Psikologi Faal 1. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
UGM.
Seksi
Laboratorium Psikologi Faal, 2001,
Petunjuk Praktikum Psikologi
Faal, Yogyakarta : Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM
Sherwood,
Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC
Sloane,
Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC